Tetapi, saya kembali melihat ganda putri terbaik Indonesia ini dibuat kalang-kabut oleh duet Pearly Tan/Muralitharan Thinaah. Skor di gim pertama saja mencapai 20-22.
Syukurnya, Greysia/Apriyani bisa mengakhiri laga dengan kemenangan 2-1. Rincian skornya, 20-22, 21-17, 18-21.
Malaysia dan Indonesia imbang, 2-2. Laga terakhir kembali menjadi penentuan bagi kedua tim.
Awalnya duet Praveen/Melati terlihat kuat. Tetapi, setiap interval kedua, mereka keteteran oleh serangan-serangan lawan. Hasilnya, Praveen/Melati kalah di laga ini lewat rubber game (21-19, 10-21, 21-16).
Malaysia yang menargetkan lolos ke perempat final malah berhasil meraih tiket semifinal. Sedangkan, Indonesia harus menyusul Denmark yang juga harus disingkirkan China setelah sempat membuat repot para pemain terbaik China.
Hasil ini jelas membuat saya kecewa. Seolah-olah, apa yang sudah saya bayangkan pasca laga Indonesia vs Denmark terjawab di laga ini.
Indonesia yang punya skuad bagus, nyatanya tidak hanya bisa mengandalkan faktor teknik, tetapi seharusnya memperhatikan sisi nonteknik. Mental dan semangat sangat penting untuk membuat pertandingan tidak sesulit ini.
Kalau dibandingkan dengan rekam permainan tim lain, misalnya China atau Korea Selatan, mereka punya keinginan untuk "membunuh" mental lawan atau mengacaukan skema permainan lawan. Ini yang seperti kurang terlihat di tim kita.
Seolah-olah, kalau lawannya lebih rendah peringkatnya, level kualitas yang "disediakan" juga "seimbang" dengan lawan.