Dari segi kemanusiaan, kita bisa melihat dengan dua faktor yang ada di sekitarnya.
Pertama, faktor ikatan keluarga. Jika Luthi yang "hanya" faktor senegara dengan Jason bisa merasakan kehilangan yang mendalam, maka Vinales yang ada ikatan keluarga dengan Dean pasti juga merasakan kehilangan.
Kedua, faktor sikap Vinales yang musim ini terlihat sangat sensitif dengan hal-hal yang berbau non-teknis. Jika dirinya bisa merasakan emosi saat merasa gagal tampil kompetitif dengan motor Yamaha, maka dalam urusan yang tidak bersinggungan langsung dengan balapannya dia juga akan mudah untuk larut.
Faktor ini terlihat sangat manusiawi, karena manusia memang punya perasaan. Maka, tidak heran Vinales bisa bersikap demikian.
Kemudian, kita melihat dua faktor di aspek profesionalitas. Di sini kita perlu memperkirakan juga apa pertimbangan Aprilia untuk ikhlas mengizinkan Vinales absen.
Pertama, karena Aprilia di musim ini masih bergantung pada performa Aleix Espargaro. Ini bisa dibuktikan dari posisi di klasemen sementara yang menunjukkan bahwa Espargaro masih di atas Vinales.
Vinales juga masih berada di fase adaptasi. Ini yang membuat dirinya belum bisa secepat Espargaro dalam mengendarai motor RS-GP.
Dengan begitu, Aprilia mungkin tidak terlalu merasa kehilangan Vinales. Walaupun, Vinales tetaplah penting.
Kedua, apa yang dilakukan Vinales bukan hal baru. Luthi sudah melakukannya, dan tim Pertamina Mandalika SAG mengizinkan.