Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Kegaduhan di MotoGP 2021 dan Susahnya Menjadi Atlet

26 Agustus 2021   19:30 Diperbarui: 27 Agustus 2021   10:25 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MotoGP 2021 rupanya tidak kalah dramatis dibanding musim sebelumnya. Pada musim sebelumnya, jagat MotoGP dihebohkan dengan absen panjangnya Marc Marquez dan keberhasilan juara dunia Joan Mir bersama Suzuki dengan mengalahkan ekspektasi publik penggemar MotoGP.

Kini, MotoGP juga hadir dengan banyak drama. Drama yang menyita perhatian tentu konfirmasi tentang Valentino Rossi yang pensiun di akhir musim ini.

Akibat keputusan itu, diprediksi telah mengubah banyak hal. Seperti, daya tarik sponsor untuk masuk dan/atau bertahan di MotoGP.

Keberadaan sponsor, terutama sponsor besar, juga memberi pengaruh signifikan dalam kompetisi. Sirkulasi pendapatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan berbagai aspek. Bisa tentang pengembangan motornya, juga untuk mengapresiasi (menggaji) kerja keras pebalapnya.

Keberadaan sponsor adalah bukti bahwa olahraga juga tidak lepas dari bisnis. Olahraga pada dewasa ini tidak hanya tentang apa yang terjadi di dalam arena kompetisi, melainkan juga di luar arena kompetisi.

Bisnis juga selalu muncul ketika ada ketenaran dari dunia olahraga, termasuk popularitas MotoGP yang tidak lepas dari Valentino Rossi. Tidak bisa dipungkiri, bahwa Rossi sudah dua dekade terakhir menjadi magnet kuat yang menarik perhatian publik ke MotoGP. Di situlah, bisnis bertengger dan berupaya selalu berada di sekitar Rossi.

Namun, karena Rossi juga manusia yang pasti punya masa "kadaluwarsanya", maka MotoGP pun harus rela ditinggal Rossi sebagai pebalap. Inilah yang kemudian bisa diprediksi telah membuat drama di dalam paddock banyak tim.

Bukan hanya tim Yamaha dan tim satelitnya, melainkan juga tim lain, salah satunya Ducati. Ducati bisa dikatakan mujur, karena berhasil menggaet secara pasti tim bentukan Valentino Rossi, yaitu VR46.

VR46 dengan pebalap Luca Marini di MotoGP 2021 masih menumpang di tim Esponsorama Avintia Racing Team.  Sumber: Skyracingteamvr46/via Kompas.com
VR46 dengan pebalap Luca Marini di MotoGP 2021 masih menumpang di tim Esponsorama Avintia Racing Team.  Sumber: Skyracingteamvr46/via Kompas.com

Namun, tim VR46 pun saat tulisan ini dibuat masih berkutat pada pencarian sponsor utama yang bisa mendukung mereka berkompetisi di MotoGP. Ada dugaan bahwa kesulitannya Tim VR46 menggaet sponsor terutama sponsor besar, karena Rossi sudah memutuskan pensiun.

Setelah kita dijejali dengan drama melankolis akibat kepensiunan Valentino Rossi, selang beberapa hari kemudian kita disuguhi drama menegangkan yang lagi-lagi juga berasal dari Yamaha. Namun, kali ini sorotannya bukan Rossi, melainkan mantan rekan duetnya di tim pabrikan Yamaha, Maverick Vinales.

Maverick Vinales sempat tampil bagus di awal musim. Sumber: AFP/Karim Jaafar/via Kompas.com
Maverick Vinales sempat tampil bagus di awal musim. Sumber: AFP/Karim Jaafar/via Kompas.com

Pebalap asal Spanyol yang merupakan pengganti Jorge Lorenzo di musim 2017 itu mencuri perhatian publik akibat tragedi di GP Styria (8/8). Balapan yang harus dilakukan dengan restart itu ternyata menjadi mimpi buruk bagi Vinales.

Pebalap bernomor 12 itu harus mengalami mesin mati saat akan dilakukan sesi putaran pemanasan. Vinales pun akhirnya harus masuk pit dan start dari pit.

Tidak seperti pebalap yang memulai balapan dari starting grid, yang artinya dapat langsung ngegas saat lampu merah padam. Pebalap yang start dari pit baru bisa ngegas ketika seluruh pebalap yang start dari lintasan utama sudah memasuki tikungan pertama.

Secara hitungan kasar, pebalap yang tertinggal satu tikungan dari lintasan lurus biasanya berjarak sekitar 4-5 detik atau malah lebih. Artinya, kalau pebalap harus tertinggal satu tikungan dan melintas dari pit yang lintasannya lebih sempit cenderung makin banyak waktu yang tertinggal.

Sebenarnya, Vinales perlahan sudah mulai bisa memangkas jarak dengan rombongan belakang. Namun, Vinales kemudian harus terkena hukuman Long Lap Penalty (LLP).

Hukuman itu yang membuat Vinales kembali tertinggal jauh dari pebalap lainnya. Sampai kemudian, Vinales ternyata memilih kembali ke pit di putaran akhir, alias tidak melahap garis finis.

Bisa dikatakan, itu adalah pemandangan yang unik. Namun, ternyata tidak hanya itu yang menjadi perhatian, melainkan aksinya dalam menggeber motor saat menuju paddock. Terlihat jelas kalau dia frustrasi.

Tetapi, fakta selanjutnya lebih mengerikan, karena ternyata Vinales melakukan tindakan konyol lainnya, yaitu membawa motornya melintasi trek lurus area start/finis dengan gigi 5. Tentu, ini adalah tindakan yang tidak wajar.

Pergantian gigi terutama di lintasan lurus sangat krusial untuk memaksimalkan akselerasi motor. Itulah kenapa, ketika motor melintasi trek lurus, terutama di area start/finis, maka motor harus berada di kecepatan maksimal dengan gigi 6.

Jika motor dipaksa menggunakan gigi 5 seperti yang dilakukan Vinales, maka sudah pasti bahwa kecepatan motornya tidak akan maksimal. Jika sudah begitu, catatan waktunya juga akan menurun drastis.

Apa yang dilakukan Vinales itu kemudian membuat Yamaha marah dan memberikan sanksi kepada Vinales. Pebalap berjuluk "Top Gun" itu harus absen dari GP Austria yang berlangsung sepekan kemudian. 

Vinales kemudian memberikan klarifikasi dan pernyataan maaf kepada Yamaha. Dia mengaku frustrasi dan telah melakukan kesalahan.

Meskipun, dalam aksi tersebut dikabarkan masih ada kesalahan, namun apa yang dilakukan Vinales diharapkan cukup untuk mendinginkan suasana antara Yamaha dan Vinales. Artinya, ada harapan kalau Vinales dapat kembali membalap dengan Yamaha dan membantu Yamaha mendulang poin untuk kejuaraan dunia, terutama untuk pengumpulan poin konstruktor dan tim.

Namun, publik kembali dibuat terkejut, ketika Vinales resmi dinyatakan tidak akan melanjutkan balapan bersama Yamaha di sisa kompetisi musim ini. Ada beberapa faktor yang mungkin dapat menjadi penyebabnya.

Faktor pertama, Vinales melakukan kesalahan di GP Styria. Kesalahan itu membuat tim marah besar, karena itu menyangkut tentang keselamatan motornya, walaupun termasuk mengkhawatirkan potensi membahayakan yang lain.

Faktor kedua, tentang prinsip dan etos kerja. Yamaha adalah tim dan brand yang berasal dari Jepang. Mereka pun dikenal sebagai negara dengan orang-orang yang sangat berprinsip dan keras terhadap struktur dan sistem kerja.

Itulah yang kemudian memengaruhi cara mereka menilai dan mengapresiasi hasil kerjanya. Termasuk dalam hal ini adalah menilai dan mengapresiasi hasil racikan motor.

Pihak Yamaha diprediksi tersinggung dan marah dengan aksi tidak bertanggung jawab dari Vinales. Itu pun mengingatkan kita pada kejadian-kejadian di masa lalu yang hampir 11-12 dengan apa yang dilakukan Vinales.

Terbukti, apa yang dialami pebalap yang tak bertanggung jawab di masa lalu juga dialami oleh Vinales bersama tim balap dari Jepang, yaitu pemecatan. Apakah ini berlebihan?

Tidak. Karena, itu menyangkut tentang prinsip dan etos kerja. Beberapa orang bisa menggunakan prinsip yang berbeda, dan mempunyai etos kerja yang berbeda pula tingkatnya. Inilah yang kemudian perlu dipertimbangkan dan dihargai.

Faktor ketiga, Vinales sudah meresmikan kepindahannya ke Aprilia untuk musim 2022. Sebenarnya, apa yang dilakukan Vinales bukan hal aneh, tetapi apa yang dia lakukan malah seperti memperbesar bara api yang tersulut antara dirinya dengan Yamaha.

Ketika dirinya kisruh dengan Yamaha, itu malah dijadikan sebagai pemicu untuk segera mengumumkan keresmian dirinya menjadi pebalap Aprilia untuk musim depan. Inilah yang kemudian diprediksi membuat Yamaha sudah tidak punya "rasa sayang" lagi ke Vinales.

Vinales resmi dikontrak Aprilia untuk musim 2022. Sumber: Tuttomotoriweb.it/via Kompas.com
Vinales resmi dikontrak Aprilia untuk musim 2022. Sumber: Tuttomotoriweb.it/via Kompas.com

Faktor keempat, Vinales sebelumnya telah mengeluh dan membuat pernyataan bahwa dirinya seperti telah melakukan kesalahan di masa lalu. Secara implisit, ini seperti menggambarkan bahwa keputusannya pindah dari Suzuki ke Yamaha adalah kesalahan.

Seandainya perkataan Vinales benar merujuk tentang itu. Berarti, tidak salah kalau Yamaha merasa diremehkan sebagai tim yang seharusnya punya potensi besar untuk mengantarkan pebalapnya juara dunia, terutama untuk Vinales.

Publik awam pun sebenarnya tahu kalau Vinales pindah dari Suzuki ke Yamaha, karena Yamaha saat itu terlihat masih lebih memungkinkan untuk membawa pebalapnya juara dunia. Namun, jika ternyata Vinales tidak kunjung juara dunia, apakah itu murni karena kesalahan Yamaha?

Bagaimana dengan Jorge Lorenzo dan tentunya Valentino Rossi?

Rangkaian faktor itulah yang kemudian membuat Vinales terdepak dari Yamaha lebih cepat dari yang seharusnya. Ini juga membuat kita sebagai orang awam di luar arena menjadi turut sadar bahwa kehidupan di dunia olahraga juga tidak semudah yang dibayangkan.

Tentu, kita tidak asing dengan ungkapan, "menjadi atlet itu enak karena hobinya dibayar". Sebuah ungkapan yang sebenarnya bisa menjadi motivasi bagi orang-orang yang memang potensinya besar di olahraga.

Tetapi, mereka yang dituding enak karena pekerjaannya berlatar belakang hobi, pada kenyataannya juga mengalami kesulitan, terlibat polemik, hingga mengalami pemecatan. Ini tentu tidak beda jauh dengan orang-orang yang pekerjaannya (padahal) bergaji tetap dan "hanya" duduk di kursi selama delapan jam, tapi masih banyak mengeluh.

Memang, melihat gaji atlet seperti Vinales dkk. membuat orang awam iri. Sudah hobi, gaji tinggi pula.

Padahal, gaji tinggi juga seringkali sepadan dengan risiko yang ditanggung. Misalnya, seperti pebalap MotoGP, yang makin era makin kencang kecepatan motornya, yang artinya juga makin besar risiko yang menghantui mereka selama adu kebut saat balapan.

Mereka memang berawal dari minat dan kesukaan (hobby). Lalu, menjadi gairah (passion) yang dikelola dengan benar dan dikembangkan dengan baik. Tetapi, saat mereka sudah berada di level tertinggi, mereka juga akan menghadapi persaingan dan tuntutan.

Dua hal itu yang kemudian membuat mereka juga terus berupaya menjadi yang terbaik. Usaha itu yang kemudian membuat mereka juga makin dekat dengan risiko-risiko yang lebih besar. Bisa kecelakaan parah seperti Marc Marquez, atau harus didepak seperti Vinales karena tidak kunjung memberikan hasil terbaik untuk timnya.

Artinya, menjadi atlet juga tidak enak. Mereka boleh disebut berawal dari hobi, tetapi sebenarnya mereka sama seperti orang-orang awam yang ketika memasuki dunia profesional harus memulai segalanya dengan minat.

Tinggal, apakah minat itu dapat diwujudkan atau tidak. Dan, ketika sudah terwujud, apakah juga diiringi dengan perkembangan sikap dan karakter atau tidak. Karena, pada akhirnya, yang bisa menentukan orang terlihat hebat di apa pun bidangnya selain karena keterampilannya, juga karena sikapnya.

Itulah kenapa sosok seperti Vinales meski terlihat penuh potensi, namun karena dia masih bersikap layaknya orang biasa yang gampang mengambek, maka prestasinya masih urung untuk dapat menyamai minimal Pedrosa dan Dovi.

Mereka adalah pebalap-pebalap yang sebenarnya pantas sebagai juara dunia. Namun, harus kalah dengan banyak faktor, yang salah satunya adalah kompetitornya masih lebih baik.

Meski begitu, sikap mereka cenderung stabil. Mereka juga cenderung tidak banyak berpendapat ketika belum mampu kompetitif.

Berbeda dengan Vinales yang cenderung sudah cepat masuk ke ranah adu argumentasi dan mengomentari orang lain terutama dengan rival dan timnya. Padahal, dia masih belum mampu memberikan perlawanan sengit ke pebalap terbaik era ini, Marc Marquez.

Apa yang dilakukan Vinales membuat MotoGP 2021 terlihat gaduh. Namun, kita bisa belajar dari situ, bahwa kunci keselamatan kita dalam berkreasi adalah tidak banyak cuap dan tetap fokus pada apa yang sedang dilakukan.

Malang, 23-26 Agustus 2021
Deddy Husein S.

Terkait: Kompas.com 1, Kompas.com 2, Kompas.com 3, Gridoto.com 1, Gridoto.com 2, Kompas.com 4, Detik.com, Kompas.com 5, Sportfeat.bolasport.com, Otomotifnet.Gridoto.com, Kompasiana.com.
Baca juga: Hasil MotoGP Austria 2021

Tersemat: Okezone.com dan Kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun