Tetapi, mereka yang dituding enak karena pekerjaannya berlatar belakang hobi, pada kenyataannya juga mengalami kesulitan, terlibat polemik, hingga mengalami pemecatan. Ini tentu tidak beda jauh dengan orang-orang yang pekerjaannya (padahal) bergaji tetap dan "hanya" duduk di kursi selama delapan jam, tapi masih banyak mengeluh.
Memang, melihat gaji atlet seperti Vinales dkk. membuat orang awam iri. Sudah hobi, gaji tinggi pula.
Padahal, gaji tinggi juga seringkali sepadan dengan risiko yang ditanggung. Misalnya, seperti pebalap MotoGP, yang makin era makin kencang kecepatan motornya, yang artinya juga makin besar risiko yang menghantui mereka selama adu kebut saat balapan.
Mereka memang berawal dari minat dan kesukaan (hobby). Lalu, menjadi gairah (passion) yang dikelola dengan benar dan dikembangkan dengan baik. Tetapi, saat mereka sudah berada di level tertinggi, mereka juga akan menghadapi persaingan dan tuntutan.
Dua hal itu yang kemudian membuat mereka juga terus berupaya menjadi yang terbaik. Usaha itu yang kemudian membuat mereka juga makin dekat dengan risiko-risiko yang lebih besar. Bisa kecelakaan parah seperti Marc Marquez, atau harus didepak seperti Vinales karena tidak kunjung memberikan hasil terbaik untuk timnya.
Artinya, menjadi atlet juga tidak enak. Mereka boleh disebut berawal dari hobi, tetapi sebenarnya mereka sama seperti orang-orang awam yang ketika memasuki dunia profesional harus memulai segalanya dengan minat.
Tinggal, apakah minat itu dapat diwujudkan atau tidak. Dan, ketika sudah terwujud, apakah juga diiringi dengan perkembangan sikap dan karakter atau tidak. Karena, pada akhirnya, yang bisa menentukan orang terlihat hebat di apa pun bidangnya selain karena keterampilannya, juga karena sikapnya.
Itulah kenapa sosok seperti Vinales meski terlihat penuh potensi, namun karena dia masih bersikap layaknya orang biasa yang gampang mengambek, maka prestasinya masih urung untuk dapat menyamai minimal Pedrosa dan Dovi.
Mereka adalah pebalap-pebalap yang sebenarnya pantas sebagai juara dunia. Namun, harus kalah dengan banyak faktor, yang salah satunya adalah kompetitornya masih lebih baik.
Meski begitu, sikap mereka cenderung stabil. Mereka juga cenderung tidak banyak berpendapat ketika belum mampu kompetitif.
Berbeda dengan Vinales yang cenderung sudah cepat masuk ke ranah adu argumentasi dan mengomentari orang lain terutama dengan rival dan timnya. Padahal, dia masih belum mampu memberikan perlawanan sengit ke pebalap terbaik era ini, Marc Marquez.