Namun, harapan tidak jarang terkhianati oleh kenyataan. Arsenal pun gagal berpentas di Eropa musim 2021/22.
Meski begitu, setiap musibah selalu berusaha ditanggapi dengan pikiran positif, yaitu berharap bahwa adanya peralihan waktu, maka ada perubahan tren dari buruk menjadi baik. Itu juga yang diharapkan Arsenal di musim yang hanya fokus di kompetisi domestik.
Biasanya, klub besar atau yang punya sejarah besar--seperti Arsenal--yang gagal pentas di Eropa akan berusaha tampil beringas di liga karena mereka pasti sudah tahu prioritasnya apa. Tidak ada upaya terbaik selain harus mengakhiri musim untuk dapat bermain lagi di Eropa.
Namun, sekali lagi, harapan masihlah harapan. Karena, pada kenyataannya, Arsenal justru mengawali musim 2021/22 dengan dua kekalahan beruntun.
Kekalahannya pun dengan skor identik, 2-0 dan 0-2. Kekalahan pertama saat bertandang ke markas klub promosi, Brentford (14/8). Kekalahan kedua adalah di kandang dengan lawan yang merupakan calon kuat pemburu gelar EPL musim ini, Chelsea.
Memang, kekalahan dari Chelsea bisa sedikit dimaafkan, namun kekalahan dari Brentford bisa dikatakan sulit diterima dengan lapang dada. Faktor kualitas individual dan kolektif yang jomplang antar kedua tim, serta pengalaman tampil di level tertinggi yang juga berbeda jauh, membuat Arsenal seharusnya tidak mungkin kalah.
Tetapi, ada beberapa hal yang membuat Arsenal bisa kalah. Pertama, karena mereka bermain tanpa pemain andalan, terutama di lini depan. Saat Arsenal meladeni Brentford, mereka tanpa Pierre-Emerick Aubameyang dan Alexandre Lacazette.
Arteta mengandalkan Folarin Balogun sebagai penyerang tengah yang biasanya ditempati Lacazette, dan Gabriel Martinelli sebagai penyerang sayap kiri yang biasanya ditempati Aubameyang. Apakah ini kesalahan Arteta?
Sebenarnya, tidak juga. Apa yang dilakukan Arteta bukan hal aneh. Tidak sedikit klub yang memang belum memainkan semua pemain terbaiknya di awal musim.
Ditambah, lawannya juga bukanlah klub sekuat Chelsea. Ada prediksi yang logis dan umum terjadi, bahwa klub yang akan melawan klub besar biasanya akan mencoba melakukan rotasi di laga sebelumnya agar pemain terbaik dapat bermain saat melawan klub besar tersebut.