Paruh kedua musim balap MotoGP 2021 sudah dilanjutkan di Austria (8/8). Seperti musim 2020, Austria juga akan menggelar pekan balap dua kali.
Seri Austria pertama yang bernama seri Styria juga menjadi pekan balap yang menarik, karena ada dua pembalap yang sudah pensiun kembali turun gunung. Mereka adalah Dani Pedrosa dan Cal Crutchlow.
Dani Pedrosa akhirnya mau kembali membalap dengan memanfaatkan wild card. Biasanya, wild card yang diperoleh KTM akan dipakai oleh pembalap tes KTM lainnya, yaitu Mika Kallio.
Namun, kali ini Pedrosa bersedia menggunakannya. Ini tentu menjadi momen menarik bagi penggemar MotoGP untuk kembali melihat jagoan lawas kembali di trek balapan.
Kemudian, Crutchlow membalap di Styria karena Yamaha Petronas SRT sedang ditinggal Franco Morbidelli. Morbidelli absen sejak seri sebelumnya, akibat harus menjalani operasi cedera.
Sebelumnya, pembalap yang menggantikan Morbidelli adalah Garrett Gerloff. Namun, pembalap asal Amerika Serikat itu tidak kembali menggantikan Morbidelli, karena WSBK yang merupakan ajang reguler yang ia ikuti juga ada pekan balap di Ceko.
Kembalinya dua pembalap gaek di lintasan balap bersama banyak generasi muda MotoGP di Styria tentu sangat menarik untuk ditonton. Dan, kalau mengingat musim lalu, Styria atau Red Bull Ring juga merupakan salah satu sirkuit yang menghadirkan drama dan keseruan.
Drama itu pun kembali terjadi, dengan diawali pemandangan agresivitas gaya balap Marc Marquez selepas start. Sebenarnya, Marc start dari posisi yang tidak jauh dari baris depan. Tetapi, dia terlihat seperti sangat ingin segera dapat mengambil alih pimpinan balapan.
Ada dugaan, bahwa upaya itu dilakukan untuk mencari 'penebusan' selama membalap di Austria dan belum pernah menang. Ini juga seperti mengesahkan bukti bahwa Marc Marquez memang sudah sembuh seratus persen dan siap kembali tampil cepat nan agresif seperti sedia kala.
Namun, apa yang dilakukan Marc seperti berbeda dari pembalap kebanyakan. Itu karena, Marc menggunakan pilihan ban depan Hard.
Biasanya, pembalap yang menggunakan ban berkompon Hard cenderung "kalem" dibandingkan pembalap yang menggunakan ban jenis Medium, apalagi Soft. Karena, mereka cenderung akan berupaya segera kabur dari rombongan.
Skema ini yang seperti ingin diubah oleh Marc. Dia justru terlihat ingin segera ngegas sejak awal.
Sebenarnya, ada risiko yang menghantui pembalap yang ingin segera gaspol dengan ban berkompon Hard, yaitu ban mudah tergelincir dan bisa saja mengakibatkan kecelakaan. Selain itu, cuaca saat balapan berlangsung juga cenderung dingin, meski tidak hujan.
Namun, itulah Marc Marquez. Pembalap yang sudah menjuarai MotoGP enam kali. Artinya, dia sudah punya banyak pengalaman dan tentu sudah terbiasa bertaruh dengan strategi-strategi yang dia siapkan di tiap balapan.
Meski demikian, Marc mendapatkan perlawanan sengit dari pembalap lain. Tidak hanya satu, melainkan tiga pembalap sekaligus.
Mereka adalah Fabio Quartararo, Joan Mir, dan Maverick Vinales. Akibatnya, jalannya balapan di putaran awal terlihat sangat menegangkan.
Pertarungan empat pembalap ini secara tidak langsung juga membuat terciptanya jarak antara mereka dengan dua pembalap lain yang berhasil kabur. Mereka adalah Francesco Bagnaia (1) dan Jorge Martin (2).
Duo Ducati yang memang start terdepan itu hanya bertukar posisi dari posisi awal. Mereka juga terlihat mampu memanfaatkan kecepatan motor mereka yang di atas rata-rata untuk menjauh dari kejaran pembalap lain.
Namun, keseruan itu harus berhenti, karena ada insiden di putaran ketiga. Ada kebakaran di tengah lintasan, yang ternyata dari dua motor. KTM dan Aprilia.
Motor KTM itu adalah yang ditunggangi Dani Pedrosa, sedangkan motor Aprilia ditunggangi Lorenzo Savadori.
Kejadian itu berawal dari terjatuhnya Dani Pedrosa di tikungan ketiga. Karena, karakter tikungannya adalah lambat, maka motornya yang jatuh itu tidak meluncur ke tepi lintasan, melainkan masih di salah satu sisi lintasan yang merupakan jalur balap.
Itulah yang kemudian dihantam oleh Savadori yang tidak dapat menghindari keberadaan motor Dani Pedrosa. Beruntung, dari insiden itu tidak ada pembalap yang cedera parah, termasuk Pedrosa yang berhasil menghindar dari hantaman motor pembalap lain.
Bendera merah pun berkibar, tanda balapan harus dihentikan sampai kondisi lintasan tempat kejadian tersebut dapat kembali normal.
Balapan kemudian dilanjutkan dengan 27 putaran. Semua pembalap akan mengawali balapan dari posisi awal, termasuk Dani Pedrosa yang dapat kembali melanjutkan balapan meski sebenarnya dia sudah jatuh.
Selepas start, balapan sebenarnya tidak terlalu berbeda jauh. Di depan masih ada motor berwarna merah dan putih-merah yang memimpin balapan. Bedanya, kali ini motor merah itu bukan milik Bagnaia melainkan Jack Miller.
Seiring berjalannya putarannya, Jack Miller harus merelakan posisi pertamanya untuk diperebutkan oleh Joan Mir dan Jorge Martin. Nama kedualah yang kemudian berhasil mengambil alih pimpinan balapan.
Mir harus mengakui bahwa motor Ducati selalu kencang di trek lurus. Ini menghambatnya untuk dapat mengalahkan Martin.
Posisi ketiga, kemudian diperebutkan sengit oleh Miller dan Quartararo, yang pada akhirnya dimenangkan oleh Quartararo. Tiga posisi terdepan kini diisi tiga pembalap dari pabrikan berbeda. Ducati, Suzuki, Yamaha.
Namun, Quartararo bisa saja kehilangan podium terakhir, karena Miller ternyata menggunakan ban Hard-Medium. Ini jelas mampu untuk menjaga asa menyalip Quartararo di putaran-putaran akhir, karena Quartararo menggunakan ban Medium-Medium.
Namun, nahas bagi Miller, karena dia ternyata kembali melakukan kesalahan yang memang biasanya dia lakukan. Kesalahan dalam mengontrol kecepatan motor untuk melibas tikungan cepat, membuat dirinya harus terjatuh dan gagal melanjutkan balapan.
Posisi tiga pun aman bagi Quartararo, karena Zarco juga makin tercecer akibat ban yang sepertinya sudah habis. Terbukti, di putaran terakhir, dia harus disalip oleh dua pembalap sekaligus, yaitu Brad Binder (Red Bull KTM) dan Takaaki Nakagami (LCR Honda Idemitsu).
Hasil akhir, Jorge Martin keluar sebagai juara, Mir kedua, dan Quartararo ketiga. Mereka disusul oleh Binder (4), Nakagami (5), Zarco (6), Alex Rins (7), Marc (8), Alex Marquez (9), dan Bagnaia.
Namun, untuk nama terakhir harus terkena penalti tiga detik, karena ada unsur pelanggaran yang seharusnya ditebus dengan Long Lap Penalty (LLP), namun tidak ia lakukan. LLP juga dijatuhkan kepada pembalap apes lainnya, Maverick Vinales.
Rekan setim Quartararo harus start dari pit lane karena motornya mogok saat akan melakukan Warm Up Lap. Akibatnya, dia harus mengganti motor dan start dari pit lane. Saat itulah, ia diduga melakukan kesalahan dan harus melakukan LLP.
Balapan ini memang menghadirkan banyak kesialan bagi beberapa pembalap. Selain Savadori, pembalap Aprilia lainnya, Aleix Espargaro bisa dikatakan apes dua kali, karena harus dua kali dipaksa melebar oleh Marc Marquez.
Yang pertama, saat balapan sebelum red flag. Yang kedua, saat balapan restart dan sedang bertarung memasuki tikungan lambat. Tidak lama, Aleix juga harus mengalami kecelakaan dan terlihat seperti mengalami cedera.
Kemudian, ada Miguel Oliveira yang terlihat seperti terdapat kesalahan teknis pada motornya. Dia pun harus kembali ke pit dan tidak dapat melanjutkan balapan.
Beruntung, KTM masih ada Binder, yang terlihat seperti mampu memanfaatkan restart sebagai momen untuk memperbaiki cara dirinya memulai balapan. Dibandingkan sebelum red flag, Binder terlihat lebih gahar karena di putaran ketiga pasca restart, dia sudah mampu menempati posisi ke-8.
Itu berbeda dengan posisi sebelum red flag dan memasuki putaran ketiga, yaitu ke-14. KTM juga masih bisa senang, karena tiga pembalap lain mampu menuntaskan balapan, dan bahkan Pedrosa yang pensiun sejak akhir musim 2018, finis ke-10.
Jika KTM secara keseluruhan terlihat tidak terlalu apes, maka tim yang bisa disebut apes adalah Ducati Lenovo. Tim pabrikan ini sebenarnya tim unggulan di Austria.
Itu bisa terlihat sejak musim 2016 sampai 2020, Ducati mampu memenangkan semua seri. Dari Andrea Iannone, Jorge Lorenzo (2018), dan Andrea Dovizioso yang mampu menang pada 2017, 2019, dan 2020.
Dominasi podium tertinggi Ducati di Austria hanya sedikit tercoreng lewat seri Styria 2020 yang digelar pasca seri Red Bull Ring. Pada seri itu, Oliveira menjadi pemenangnya.
Tim pabrikan Ducati pun gagal back to back. Termasuk gagal segera kembali menang musim ini, karena yang memenangkan seri Styria kali ini adalah tim satelitnya, Pramac Ducati.
Semakin lucu, karena pembalap yang memenangkannya adalah rookie. Jorge Martin adalah pembalap yang baru menjalani musim debut di kelas MotoGP.
Namun, itu tidak menghalau potensinya untuk dapat memenangkan balapan. Bahkan, tanda-tanda kehebatannya sudah terlihat sejak awal musim lewat seri Qatar, terutama di seri Doha. Di sana dia berhasil finis podium ketiga.
Baca juga: Ada Konduktor Orkestra di MotoGP Doha 2021
Faktor sempat mengalami cedera parah dan harus absen beberapa seri, Martin kemudian dianggap akan sulit untuk kembali ganas. Mengingat, dirinya juga seorang rookie.
Namun, anggapan itu terbantahkan setelah melihat keberhasilannya menjadi pole sitter di Styria dan berhasil menjadi pemenang. Pencapaian ini tentu spesial bagi Martin, karena berhasil mengikuti jejak Brad Binder yang musim lalu menjadi rookie di Red Bull KTM dan berhasil memenangkan balapan.
Pencapaian Martin juga sangat spesial bagi timnya, karena Pramac Ducati belum pernah memenangkan balapan sepanjang keikutsertaan mereka di MotoGP. Mereka juga sempat menampik ambisi untuk menjuarai seri di musim ini.
Namun, kenyataannya, mereka berhasil mewujudkan harapan terbesar mereka, dan itu lewat Martin. Pembalap yang bisa dinomorduakan oleh Pramac, karena mereka punya pembalap berpengalaman, Zarco.
Zarco bisa dikatakan kesulitan di pekan balap Styria. Saat balapan pun, dia terlihat seperti ingin main aman. Satu-satunya (sedikit) kesalahan mungkin terletak pada pilihan ban yang sangat berisiko dengan memilih Medium-Soft.
Alhasil, dia harus rela disalip di putaran akhir.
Meski begitu, Pramac Ducati bisa membusungkan dada, dibandingkan Ducati Lenovo. Ini juga menjadi cambuk keras kepada Ducati Lenovo atas ketidakkonsistennya raihan dua pembalapnya.
Miller memang sudah juara dua seri, tetapi Miller juga sering jatuh. Bagnaia memang terlihat lebih baik dalam beberapa seri, namun belum mampu menjaga ritme secara keseluruhan.
Bagnaia seringkali hanya tampil bagus di antara dua paruh balapan. Kalau bagus di paruh awal, maka di paruh akhir biasanya kedodoran. Begitu pula kalau mengalami paruh awal yang buruk, maka harus menunggu paruh akhir balapan untuk memperbaiki posisi.
Itu tentu tidak bagus untuk kampanye mengejar misi juara dunia. Ducati memang sudah bisa juara dunia secara pabrikan, tapi belum untuk pembalapnya setelah Casey Stoner pada 2007 silam.
Jika mereka masih kesulitan dan tidak memanfaatkan seri kedua Austria (15/8) untuk memenangkannya, maka ada kemungkinan, jika mereka akan makin tertinggal dalam upaya memperebutkan juara dunia pembalap.
Bahkan, perlu diingat, bahwa pembalap Ducati teratas di klasemen juga bukan dari Ducati Lenovo, melainkan Pramac Ducati. Johann Zarco.
Memang, Zarco terlihat seperti berusaha mengelola konsistensi dalam memperoleh poin. Namun, dengan keberhasilan Martin juara di Styria, tidak menutup kemungkinan bagi Zarco termotivasi untuk memenangkannya di seri kedua Austria.
Jika Zarco terlecut, bagaimana dengan duo Ducati Lenovo? Apakah Miller dan Bagnaia juga akan terdorong untuk dapat serius memenangkan seri kedua Austria?
Malang, 8-8-2021
Deddy Husein S.
Terkait: Motogp.com
Baca juga: Lagu Lama Ducati
Tersemat: Tribunnews.com, Gridoto.com, CNNIndonesia.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H