Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Gold Cup 2021 yang Tidak Seemas Namanya

27 Juli 2021   14:35 Diperbarui: 28 Juli 2021   09:47 2330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir tidak disadari bahwa turnamen sepak bola antarnegara masih ada yang tergelar. Turnamen itu adalah Gold Cup 2021, atau yang di Indonesia sering disebut Piala Emas. Biar gampang diucapkan, ya?

Tetapi, dalam tulisan ini penyebutannya tetap sesuai nama aslinya. Itu untuk menyejajarkan dengan penyebutan pada dua turnamen lainnya, yaitu Euro dan Copa America. Jika kita sudah fasih menyebut Euro (yuro) dan Copa America (kopa amerika), kenapa tidak untuk membiasakan dengan Gold Cup (gol[e]d kap)?

Lagipula, bukankah kita sudah masuk ke era percakapan multilingual? Dalam media chat saja, terkadang kita mencampuradukkan kosakata antara bahasa nasional, bahasa daerah, dan bahasa internarsional yang sebagian besar adalah bahasa Inggris selain bahasa Arab.

Artinya, dalam ranah sepak bola, kita juga boleh menyebut istilah-istilah dalam penyebutan yang sebenarnya tanpa perlu dialihbahasakan. Toh, sudah mengerti.

Juara Gold Cup 2019, Meksiko. Sumber: via Kompas-bola.com
Juara Gold Cup 2019, Meksiko. Sumber: via Kompas-bola.com

Kembali fokus ke Gold Cup, kita seperti dilema dalam mengawal turnamen ini. Antara senang, karena masih ada tontonan sepak bola lagi, tapi juga kurang senang, karena tidak terlalu banyak yang membicarakannya. Istilah gaul dan ringkasnya adalah 'kurang hype'.

Biasanya, kaum pengikut yang berisik di media sosial, termasuk penggemar sepak bola, hanya berpatokan pada 'ke-hype-an'. Jika sebuah turnamen atau kompetisi tidak hype, akan jarang dibicarakan.

Nahasnya, itulah yang dialami oleh Gold Cup, terutama Gold Cup 2021. Bak padang pasir dan pegunungan, Gold Cup seperti hamparan tandus yang tidak perlu dijamah.

Berbeda dengan Euro dan Copa America yang masih perlu dijamah. Ini karena, penaklukkan gunung-gunung tertinggi biasanya mendapatkan like banyak di media sosial, dan bahkan mendapatkan Guinness World Record.

Lalu, apa yang membuat Gold Cup sesuram itu?

Ada beberapa hal yang dapat kita temukan secara mudah, tanpa perlu membaca banyak artikel tentang turnamen tersebut.

Pertama, tidak semua tim nasional (timnas) yang berpartisipasi mempunyai tingkat kualitas yang sama. Bahkan, Timnas Amerika Serikat (AS) sebenarnya kalah jauh dengan Timnas Meksiko jika berdasarkan jumlah gelar di turnamen ini.

Meksiko sudah juara 11 kali, AS "baru" enam kali. Jika dua timnas terkuat di turnamen saja masih jomplang pencapaiannya, bagaimana dengan yang lain?

Kedua, Timnas AS masih kalah stabil dengan Timnas Meksiko. Walaupun, pencapaian AS bisa dikatakan meningkat sejak memasuki dekade 2000-an.

Namun, pencapaian itu belum ada apa-apanya jika dibandingkan Meksiko, yang sejak dekade 1960-an sudah berprestasi secara berkelanjutan sampai dekade 2010-an. Meksiko mampu menjaga tren juara di dekade 1990-an, 2000-an, hingga 2010-an.

Ketiga, kemeriahan sepak bola di bawah naungan CONCACAF juga berkaitan dengan kompetisi level klubnya. Artinya, tentang liga atau kompetisi antarklub di kawasan Amerika Utara dan Amerika Tengah.

Liga AS yang bernama Major League Soccer (MLS) bisa dikatakan baru kemarin sore mendapatkan perhatian besar dari publik penggemar sepak bola. Sekalipun, publik dunia sebenarnya juga tidak terlalu peduli dengan keberadaan Liga MX di Meksiko.

Tetapi, setidaknya kita masih sering mendengar nama Club America, Cruz Azul, Pachuca, Monterrey, dan akhir-akhir ini juga mendengar nama klub Tigres de la UANL. Nama-nama klub di Meksiko bisa dikatakan lebih familier secara konstan dari era mas-mas 1990-an, sampai mas-mas 2010-an.

Berbeda dengan nama klub dari MLS yang baru benar tenar di awal 2010-an. Itu pun masih sebatas LA Galaxy, karena di sana ada David Beckham yang direkrut sejak 2007.

Jika di level klub saja sepak bolanya sulit mencapai gelora antusias penggemar sepak bola dunia, maka di level timnas juga akan begitu. Euro bisa sangat digandrungi banyak penggemar sepak bola karena kompetisi antarklub di Eropa juga mendapatkan perhatian penggemar sepak bola seluruh dunia.

Baca juga: Membedakan Suka Timnas dengan Suka Liga (Bagian 1)

Keempat, Meksiko yang sebenarnya menjadi tulang punggung sepak bola Amerika Utara juga mengalami penurunan terkait regenerasi pemain berkualitas. Di skuad timnasnya saat ini, sudah sulit menemukan pemain yang membela klub besar di Eropa.

Standar itu harus ditetapkan, karena Eropa memang panggung sepak bola terbesar dunia. Bukan Amerika, sekalipun ada negara adikuasa, AS.

Sekarang, Meksiko hanya mempunyai Hirving Lozano yang bermain di klub besar Eropa. Itu pun masih sekelas Napoli, yang kalau disejajarkan dengan Inter Milan, Juventus, dan apalagi Bayern Munchen masih kurang sebanding.

Meski begitu, bagi pemain-pemain dari Meksiko, mereka sangat perlu bermain di Eropa terutama di klub-klub yang kompetitif di kompetisi domestik maupun antarklub Eropa. Minimal, seperti Napoli.

Itu akan sangat berguna dalam menempa mentalitas selain kualitas. Itulah kenapa, Meksiko bisa selalu menumbangkan AS di final Gold Cup walaupun finalnya digelar di AS.

Mereka sudah punya kualitas dan mentalitas yang sudah terasah. Itu didapatkan dari pemain-pemain seperti Javier 'Chicharito' Hernandez, duo Giovani dan Jonathan dos Santos, Carlos Vela, Hector Herrera, dan kiper yang hanya tangguh di timnas; Guillermo Ochoa.

Minimal, mereka saat itu terlihat lebih meyakinkan daripada sekarang. Meksiko yang sekarang seperti terhambat regenerasinya. Atau, mungkin mereka kini cenderung lebih tertarik untuk bermain di klub mapan di Liga MX, mendapatkan gaji tinggi di MLS, atau sudah cukup bermain di klub menengah-bawah di Eropa.

Artinya, mereka seperti antara sengaja menjauh dari sorotan publik atau memang generasinya gagal menarik perhatian tim pemandu bakat dari klub besar di Eropa. Akibatnya, timnas Meksiko saat ini terlihat seperti kurang membawa unsur optimistis dan 'overpower' seperti edisi-edisi sebelumnya.

Deretan pemain Timnas Meksiko yang membela klub kompetitif di Eropa. Sumber: diolah penulis dari Worldfootball.net-Wikipedia.org
Deretan pemain Timnas Meksiko yang membela klub kompetitif di Eropa. Sumber: diolah penulis dari Worldfootball.net-Wikipedia.org

Kelima, kesenjangan yang sangat terasa meskipun turnamen ini digelar dengan 16 timnas. Ini sebenarnya lanjutan dari faktor pertama. Hanya saja, kita juga akan menengok sedikit ke faktor di luar gelar.

Salah satunya dengan infrastruktur. Kita bisa mulai tahu penyebab dari peningkatan pencapaian AS di turnamen ini, yaitu infrastruktur.

Amerika Serikat sangat unggul dalam segi infrastruktur sepak bola di zona CONCACAF. Sumber: via Concacaf.com
Amerika Serikat sangat unggul dalam segi infrastruktur sepak bola di zona CONCACAF. Sumber: via Concacaf.com

Karena infrastruktur sepak bola di AS semakin maju, maka mereka selalu ditunjuk sebagai tuan rumah Gold Cup. Sejak 1991, AS selalu menjadi tuan rumah. Artinya, AS menjadi tuan rumah sebanyak 16 kali, dengan hanya empat kali mereka berbagi status tuan rumah turnamen.

Dua kali dengan Meksiko, dan masing-masing sekali dengan Kosta Rika-Jamaika, serta Kanada. Ini seperti melihat Jepang dan Korea Selatan bisa terlihat mengejutkan publik di Piala Dunia 2002, atau Rusia yang bisa menembus perempat final Piala Dunia 2018, karena mereka memang menjadi tuan rumah di gelaran tersebut.

Artinya, faktor tuan rumah memang bisa dikatakan berpengaruh dalam memacu mentalitas dan motivasi sebuah tim untuk usaha memenangkan turnamen. Ini juga yang membuat Inggris berharap banyak di Euro 2020, karena mereka menjadi tuan rumah finalnya.

Pada satu sisi, ini bagus, karena Meksiko menjadi tidak makin dominan. Namun, di sisi lain, tim seperti Kosta Rika yang sebenarnya secara sejarah mumpuni, akhirnya kini seperti kuda hitam selayaknya Kanada dan Jamaika.

Seringkali, faktor tekanan pendukung yang berat sebelah di stadion seperti memengaruhi permainan dan hasil akhir. Jamaika dan Panama bisa dikatakan menjadi contoh bagaimana mereka hampir minim peluang untuk mengalahkan AS di hadapan publik AS.

Haiti harus kalah 1-0 dari AS (12/7). Sumber: via Concacaf.com
Haiti harus kalah 1-0 dari AS (12/7). Sumber: via Concacaf.com

Satu-satunya penakluk AS di depan mata masyarakat AS hanyalah Meksiko. Itu pun mereka tidak selamanya bisa mengalahkan AS, walaupun ada rekor kemenangan telak 5-0 pada final 2009 dan 4-2 pada 2011.

Kesenjangan ini makin terasa kalau dibandingkan dengan benua lain. Di Afrika saja, kita bisa menyebut banyak timnas yang bagus, seperti Mesir, Kamerun, Pantai Gading, Ghana, Maroko, Aljazair, Senegal, hingga Mali.

Atau, kalau di dekatnya, ada Amerika Selatan. Di sana, minimal kita tidak hanya memprediksi Argentina dan Brasil sebagai calon juara, tetapi juga Uruguay hingga Chile.

Bahkan, di Asia yang kabarnya sepak bolanya tertinggal dari kawasan lain, nyatanya punya banyak timnas berkualitas. Jika berpatokan pada peringkat FIFA (27/5), ada 16 timnas berperingkat di atas 100, dengan peringkat tertinggi ditempati Jepang (28).

Itu memang di bawah Meksiko (11) dan AS (20), tetapi bagaimana dengan peringkat di bawahnya hingga peringkat di atas 100?

Hanya ada delapan tim asal peserta Gold Cup 2021 yang berada di 100 besar. Mereka adalah Jamaika (45), Kosta Rika (50), Honduras (67), El Salvador (69), Kanada (70), Kurakao (76), Panama (78), dan Haiti (83).

Nahasnya, tim tamu di Gold Cup 2021 adalah tim dari Asia (AFC) yang berperingkat 58, yaitu Qatar. Tim inilah yang kemudian seperti membawa magnet perhatian bagi penggemar sepak bola dari belahan bumi lain, terutama Asia.

Qatar mencuri perhatian di panggung Gold Cup 2021. Sumber: AFP/Frederic J. Brown/via Tribunnews.com
Qatar mencuri perhatian di panggung Gold Cup 2021. Sumber: AFP/Frederic J. Brown/via Tribunnews.com

Mereka juga yang kemudian seperti menghadirkan harapan terjadinya kejutan, yaitu juara Gold Cup untuk pertama kalinya adalah bukan dari negara peserta CONCACAF. Ini tentu bukan tanpa sebab, karena tim berjuluk 'The Maroon' memang terlihat lebih produktif dan atraktif dibandingkan tim lain.

Tetapi, tentu kita ingat, bahwa tim yang bisa menjadi juara bukan hanya karena mampu mencetak gol, melainkan mampu juga menjaga pertahanan dengan solid. Dalam hal ini masih tim favorit masih ada pada Meksiko dan AS.

Mereka tangguh dalam menyerang dan bertahan. Jika dibandingkan dengan Qatar yang sudah kebobolan tiga gol di fase grup, AS hanya kebobolan satu gol, dan Meksiko malah belum pernah kebobolan sampai perempat final.

Baca juga: Penyebab Brasil Menyerah dari Argentina di Copa America 2021

Meski demikian, kehadiran Qatar tetap perlu dijadikan pelajaran berharga bagi iklim sepak bola di CONCACAF. Mereka harus sadar, bahwa sepak bola di Amerika Utara dan Tengah mulai terlihat tertinggal dari kawasan lain dalam segi persaingan kualitas.

Dari lima faktor yang menyebabkan Gold Cup tidak seemas namanya, faktor terakhir perlu digarisbawahi. Memang, saat ini sepak bola harus berkompromi dengan situasi dampak pandemi, yang mengakibatkan tiap turnamen sulit diselenggarakan di sembarangan tempat.

Tetapi, jika keadaan sudah membaik, alangkah baiknya jika Gold Cup dapat diselenggarakan di negara selain AS. Dengan begitu, akan ada dorongan nyata untuk membuat sepak bola lebih seru sekaligus tertunjang dengan infrastruktur yang tepat.

Sektor ini sangat penting, karena dewasa ini, perkembangan sepak bola bergantung pada infrastruktur. Bukan hanya pada bakat para pemainnya.

Percuma, kalau seorang calon petani punya benih padi, tapi dia tidak punya lahan yang tepat untuk dijadikan sebagai sawah. Mau ditanam di mana benih itu?

Malang, 26-27 Juli 2021
Deddy Husein S.

Terkait: Concacaf.com, Bleacherreport.com, Dknation.draftkings.com, Si.com, Goal.com, Suara.com, Kompasiana.com.

Baca juga: Deretan Pemain Muda Cemerlang di Euro 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun