Ibaratnya, kaki-kaki lincah anak muda yang selalu yakin dirinya bisa berlari kencang, tapi matanya seringkali abai dengan jalan yang dia lalui. Jika jalannya mulus, kaki-kaki itu akan tanpa rintangan. Tetapi, bagaimana kalau di jalan tersebut ada genangan air?
Bagaimana kalau jalannya ternyata berupa ubin yang baru saja dipel dan belum kering?
Meski begitu, Brasil dan Inggris juga sama-sama berhak optimistis untuk menatap ke depan. Karena, skuad yang gagal juara kali ini adalah skuad yang masih tergolong muda dan tentunya dapat diandalkan dalam beberapa tahun kemudian.
Artinya, ini bukan akhir bagi mereka. Ini adalah tempaan awal bagi mereka yang berupaya meregenerasi skuad timnasnya.
Intinya, dari beberapa kesamaan yang mewakili kesamaan lainnya dari dua turnamen ini, kita bisa melihat bahwa perbedaan ruang dan waktu tidak serta-merta menghilangkan potensi adanya kemiripan.
Jadi, selamat untuk Argentina dan Italia, yang juga punya chemistry kuat. Seperti yang ada dalam diri Mauro Camoranesi.
Malang, 9-12 Juli 2021
Deddy Husein S.
Terkait: Kompas.com 1, 2, Bolanet, Skor.id, Liputan6.com, Antaranews.com, Tempo.co 1, 2.
Tersemat: CNNIndonesia.com dan Kompas.com.
Baca juga: Personal Branding Penyuka Sepak Bola yang Cerewet, tapi Tidak Berisik