Entah, itu disebut kekurangan atau malah kelebihan. Yang pasti, pada akhirnya, film ini juga seperti mengiyakan tentang identitas misteri dengan penggambaran akhiran (ending) pada film.
Akhiran pada film bisa disebut berbeda dengan akhir dari cerita. Akhir dari cerita sebenarnya lebih lekat pada genre dan inti dari cerita.
Sedangkan, akhiran pada film secara teknis bisa diketahui dengan menjelang munculnya kredit. Adegan terakhir itulah bisa disebut akhiran pada film.
Kenapa dua hal itu harus dibedakan? Terutama pada film ini.
Karena, film ini memang memberikan dua akhir yang berbeda. Satu untuk cerita, satu untuk film. Penonton sebisa mungkin harus tahu mana yang merupakan akhir dari cerita, mana yang merupakan akhir dari film.
Cerita di film ini sebenarnya ada di David, Arne, dan sepasang Warren. Namun, akhiran pada film tetap dibutuhkan, karena kita juga perlu tahu bagaimana bentuk akhir pasca adegan yang melibatkan Warren.
Apakah Arne seperti yang ada di kisah nyata, atau diubah untuk memberikan kesan yang berbeda kepada penonton. Tentu, keduanya punya risiko masing-masing.
Kalau tidak diubah, maka penonton sudah tahu akhir filmnya seperti apa. Kalau diubah, penonton terkejut dan di sisi lain akan mengundang perdebatan terkait label "based on true story".
Secara pribadi, penulis sangat mengapresiasi keberanian upaya mengangkat kisah ini ke film berseri Conjuring. Penonton menjadi diajak melihat kejadian nyata di masa lalu dan bagaimana kemasannya dengan sudut pandang dari genre horor.
Itu yang membuat penonton juga bisa berupaya mengambil kesimpulan. Apakah memang Arne kerasukan dan membuatnya dapat membunuh Bruno. Atau, sebenarnya ada hal lain yang membuat Arne harus membunuh Bruno.
Secara logika, sebenarnya, itu juga diperlihatkan di film ini. Hanya saja, terkadang kita masih dibenturkan dengan hal-hal yang irasional. Ini yang membuat kasus Arne masih rawan perdebatan.