Namun, keputusan pelatih hampir dapat dikatakan tepat. Pelatih harus rasional dan tidak terikat dengan kedekatan dengan satu-dua pemain saja. Ini berbicara negara, maka siapa pun yang dipanggil berhak mendapatkannya dan mereka pasti akan berjuang mati-matian untuk negaranya.
Dari situ, kita bisa melihat bahwa Enrique masih sangat profesional dalam menjalankan perannya sebagai pelatih Timnas Spanyol. Pemilihan pemain yang sedang on fire di level klub tanpa memandang asalnya dapat menjadi bukti.
Selain itu, usia para pemain yang dipanggil bisa dikatakan masih muda. Tidak seperti Euro 2016 yang masih "memaksa" para pemain veteran untuk mengeluarkan magisnya. Alhasil, di Piala Dunia 2018, skuat itu juga susah berkutik.
Itu yang sepertinya ingin diubah oleh Enrique. Lewat pembentukan skuad di Euro 2020 ini harapannya dapat bertahan dan berkembang untuk Piala Dunia 2022, nanti.
Hal itu yang sepertinya juga ingin dilakukan oleh Les Bleus. Malah, mereka terlihat seperti hendak menyempurnakan timnya dengan memasukkan satu keping puzzle yang telah lama hilang, Karim Benzema.
Mungkin terdengar dramatis, namun pada kenyataannya Timnas Prancis sebenarnya membutuhkan sosok Benzema. Meskipun, Prancis pada akhirnya mampu juara Piala Dunia, tapi mereka menjuarainya tidak dengan skuad terbaik.
Ada satu pemain terbaik mereka yang tertinggal, yaitu Benzema. Bahkan, sebelum Timnas Prancis berhasil merayakan gelar Piala Dunia 2018, banyak orang menganggap keputusan Didier Deschamps mengabaikan Benzema adalah kesalahan besar.
Tetapi, pada akhirnya, kita juga perlu mengerti mengapa seorang pelatih perlu membuat keputusan yang berat. Lagipula, pelatih mana yang berani meninggalkan pemain terbaiknya kalau tidak karena dia juga memikirkan tentang harmoni di skuad asuhannya.
Itulah yang mungkin dipertimbangkan oleh Deschamps ketika dia harus meninggalkan Benzema dan mencoba terus memaksimalkan keberadaan Olivier Giroud. Hasilnya pun bisa dikatakan bagus. Juara Piala Dunia, meski pada 2016 harus puas menjadi runner-up.
Tetapi, dengan prestasi menjadi finalis di dua turnamen beruntun itu, sudah memperlihatkan bahwa Prancis masih mampu tampil kuat. Setidaknya, mereka tahu cara untuk menang.