Atau, ada pula yang sudah bingung mau berekspresi di mana dan ke siapa, maka media sosial menjadi pelampiasan. Inilah yang kemudian ada orang-orang yang terlihat kalem atau bijaksana ternyata di media sosial masih terendus aroma "orang lebay".
Ketika melihat itu, apa yang seharusnya dilakukan?
Pertama, menerimanya. Artinya, membiarkan orang itu bertingkah sesukanya, selama itu masih menggunakan akun/identitasnya sendiri dan tidak menyeret orang/pihak lain untuk terlibat.
Kita bisa mencari tahu penyebab dari aksi yang sedemikian rupa, yang mungkin sebenarnya cukup mengganggu bagi kita yang melihatnya. Namun, aksi ini harus dengan catatan tidak memaksa orang tersebut untuk becerita kalau orang itu tidak mau banget.
Ketiga, meninggalkannya. Orang yang terlihat sudah tidak berdampak bagus bagi kita di media sosial lebih baik ditinggalkan. Unfollow, unfriend, dan sejenisnya.
Hal itu perlu dilakukan, karena berkaitan dengan mentalitas. Zaman sekarang tekanan tidak hanya berasal dari singgungan langsung antarindividu di ruang dan waktu yang sama. Tetapi, kita bisa merasa tertekan lewat media sosial.
Jika sudah demikian, maka lebih baik ditinggalkan. Kalau perlu diblokir. Kalaupun memang sebenarnya orang itu adalah orang yang kita kenal langsung atau kita kenal lama, maka tindakan itu bukan dosa besar.
Selama itu demi kesehatan mental kita, maka itu lebih dulu harus dilakukan. Menjalin silaturahmi masih bisa kita lakukan di lain waktu, lain tempat, atau lain media.
Misalnya, kalau kita malah lebih senang berteman langsung dengan orang itu karena sifat dan sikapnya terasa baik saat bertemu langsung. Maka, berteman saja secara langsung dengan orang itu. Tidak perlu berteman juga di media sosial.