Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ketika Memaafkan dan Dimaafkan Masih Saling Tunggu

13 Mei 2021   23:52 Diperbarui: 13 Mei 2021   23:53 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi saling memaafkan saat Idul Fitri. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Atau, bisa saja, karena saya merasa apa yang orang tersebut lakukan sebenarnya salah. Cuma, saya secara pribadi tidak pernah menegur atau memberi tahu secara langsung apa letak kesalahannya dalam kacamata saya.

Hal semacam ini, kemudian, tidak jarang membuat saya seperti merasa kurang tuntas untuk menjalankan praktik maaf-memaafkan. Seperti masih ada "pecahan-pecahan" arogan, atau malah sebenarnya saya kurang percaya diri untuk menghubungi orang yang bersangkutan terlebih dahulu.

Atau, kalau misalnya dalam praktik langsung, alias mengunjungi, terkadang saya seperti sudah khawatir terlebih dahulu sebelum berkunjung. Terkadang, saya seperti minder untuk berkunjung ke tempat/lingkungan tertentu, atau saat momen berkumpulnya orang tersebut dengan keluarganya.

Itu yang kemudian tidak jarang membatalkan niat saya untuk berkunjung atau bahkan menghubungi orang tersebut. Namun terkadang, kalau saya ingat dengan keharusan untuk saling memaafkan biasanya akan dilakukan di luar konteks Idul Fitri.

Hanya saja, saya menjadi berpikir, apakah berarti momen Idul Fitri saya selama ini tidak pernah sepenuhnya menjembatani tindakan saling memaafkan?

Atau, sebenarnya saling memaafkan saat Idul Fitri seperti momen mengungkapkan perasaan sayang dan cinta seperti saat Valentine? Yang artinya, masih sangat terbatas.

Atau, kegusaran saya ini terjadi karena saya terlampau overthinking, bahkan dalam konteks saling memaafkan. Ini yang kemudian menjadi kerisauan saya terkait momen memaafkan.

Jangan-jangan, saya masih terjebak pada konteks usia, jenis kelamin, gender (peran), hingga overthinking terhadap apa yang dilakukan orang lain dalam menilai bagaimana praktik saling memaafkan itu dapat dimulai.

Apakah yang muda harus selalu memulai? Apakah yang salah harus selalu memulai? Atau, malah karena lelaki, maka harus memulai dulu untuk meminta maaf?

Malang, 13 Mei 2021
Deddy Husein S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun