Imbasnya, yang rugi malah Man. United. Mereka harus bermain dengan jadwal yang lebih padat. Sebagai penonton, kita tidak tahu efeknya. Bagaimana bagi para pemain?
Kemudian, kelompok suporter yang melakukan aksi pendudukan stadion bisa berdalih tentang Glazers dan ESL. Tetapi, apakah benar karena dua hal itu?
Jika merujuk pada momen yang bersinggungan dengan laga itu, maka ada potensi bahwa aksi tersebut bisa saja untuk menunda pesta Manchester City sebagai juara Premier League 2020/21. Sebagaimana kita tahu, Man. City dengan jarak poin cukup jauh, hampir pasti akan menjadi juara.
Namun, secara matematis, gelar itu akan resmi jika laga Man. United vs Liverpool digelar. Kalau Man. United menang, memang Man. City masih harus menunda pesta, karena secara matematis, Man. United punya potensi melebihi torehan 80 poin yang saat ini dimiliki Man. City.
Tetapi, kalau Man. United kalah, maka sang tetangga akan berpesta. Sebagai rival sekaligus tetangga, siapa yang mau mendengar tetangga berisik semakin berisik?
Hanya saja, mereka yang mungkin ingin mencegah pesta itu terjadi sedikit lupa, bahwa harimau yang masih kelaparan akan terus mencari mangsa. Mereka akan terus mengaum dan berlari mengejar mangsanya.
Itulah yang membuat Manchester City terlihat tetap fokus di laga kedua semi-final Liga Champions saat menjamu Real Madrid. Di laga itu, sangat terlihat bahwa permainan Man. City masih solid dan belum terlihat ada indikasi santuy.
Mereka masih garang, dan tahu bahwa mereka seperti belum memenangkan apa pun di musim ini. Padahal, mereka sudah memenangkan turnamen Piala Liga musim ini. Namun, sebagai klub besar, mereka tahu kalau prestise gelar tersebut tidak sebesar Premier League, apalagi Liga Champions.
Namun, kalau Man. City sudah memenangkan Premier League, ada potensi mereka akan sedikit kendur. Ada potensi bahwa mereka berpikir sudah berada di situasi yang aman.
Maka dari itu, apa yang dilakukan kelompok suporter Manchester United seperti sesuatu yang bisa saja malah merugikan Man. United berkali-kali lipat. Aksi mereka membuat rasa lapar juara pada tetangga tetap terjaga. Di sisi lain, mereka juga membuat tim kesayangannya harus menanggung konsekuensi dengan mengarungi jadwal padat.
Artinya, kalau orang-orang seperti ini menjadi pemilik klub yang mana disuarakan dalam aksi pendudukan stadion itu, tidak bisa dipikirkan bagaimana nasib klubnya. Karena, klub akan diajak berpikir 'girang sesaat' tanpa memikirkan konsekuensi-konsekuensi di baliknya.