Kekurangan keempat, bukber virtual akan berhalangan dalam sinkronisasi waktu berbuka. Hingga, pada akhirnya, malah bukber virtual ini seperti momen bertemu pascatarawih.
Karena, memang waktu selepas tarawih adalah momen bersantai dan sudah berlaku umum bagi semua orang. Misalnya, kalau di Malang selesai tarawih pukul 19.40 WIB, maka di Tanjung Palas sudah 20.40 WITA, juga di Sorong sudah 21.40 WIT.
Artinya, di waktu itulah sudah tidak ada halangan apa pun untuk dapat bertemu dengan rekan-rekan dan makan bersama. Hanya saja, apakah itu masih bisa disebut agenda bukber virtual?
Atau, memang saat itulah momen yang tepat untuk bukber virtual?
Masih adanya ketidakselarasan, artinya juga membutuhkan upaya yang lebih untuk dapat mengadakan bukber virtual. Bagi orang-orang yang malas mempersulit apa yang sebenarnya tidak penting amat, maka itu seperti rempong.
Hanya saja, kalau bagi orang profesional yang memang sudah ada pihak yang mau memikirkan konsep bukber virtual dengan baik, maka bukber virtual boleh diwujudkan. Sedangkan, bagi orang seperti saya lebih baik tidak usah ikut bukber virtual.
Lagipula, bukber virtual tidak membuat pahala berkali lipat. Begitu pula dengan kerekatan hubungan antarpribadi yang masih bisa dijalin ulang pasca-Ramadan dan tentunya pascapandemi.
Jadi, bersabarlah!
Malang, 25 April 2021
Deddy Husein S.
Tulisan Sebelumnya: Aplikasi Favorit untuk Ngabuburit