Kalau masih ada uang lebih dari itu, maka bawalah uang yang lebih dari harga yang akan ditebus. Artinya, saat melakukan ini, juga perlu untuk tahu estimasi harganya.
Alasan dari membiasakan membawa uang lebih dan juga mengharuskan ada kembalian, itu akan melatih diri untuk tetap mau menerima kembalian, tahu harga, dan tetap punya uang cadangan kalau sudah sangat "sekarat".
Memang, terkadang melihat uang di dalam dompet itu jarang. Tetapi, bisa saja di tiap-tiap kantong pakaian dan di atas meja, ada uang-uang darurat yang masih dapat digunakan untuk bertahan sedikit lagi sembari menunggu adanya pemasukan lagi.
Saat melakukan ini, saya juga menghindari untuk menggunakan uang kembalian, baik itu uang koin atau uang kertas dengan nominal rendah. Seperti, 1.000, 2.000, dan 5.000.
Saya akan menjangkaunya kalau sudah memang tidak ada uang besar lagi, atau saat terdesak. Seperti, ketika saya kesulitan menemukan uang yang pas untuk membayar belanjaan, maka saya akan segera menemukan uang itu yang memang selalu ada di kantong.
Kebiasaan ini memang tidak terlihat seperti orang yang sengaja mengelola uang seperti menabung atau berinvestasi. Tetapi, kebiasaan ini terasa paling manusiawi untuk diterapkan anak kos.
Untuk melakukannya tidak perlu banyak mendata keuangan, juga tidak perlu berpikir muluk ke depan. Yang harus dilakukan adalah mengetahui harga pasar, mengingatnya, dan tentu harus terus bekerja mencari uang, agar dapat menjaga pengeluaran yang tidak sampai menguras habis uang yang dimiliki.
Uang kembalian ini kalau terus tidak dipakai bisa saja menjadi tabungan dan investasi nyata yang tidak disengaja.
Cara ini juga bisa dilakukan untuk menekan rutinitas berbelanja, karena lebih baik berbelanja sekali langsung dapat mencakup kebutuhan beberapa hari, daripada hanya untuk sehari. Ini nanti akan berguna untuk belajar berumahtangga.