Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"MASTER" dan Membeli Secangkir Kopi

6 April 2021   18:20 Diperbarui: 6 April 2021   18:27 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedangkan, mereka yang hanya mampu menjadi penonton seperti ditutup ruang kritisnya terhadap pementasan teater dengan kalimat, "Anda sepertinya besok boleh membuat pementasan".

Inilah yang menurut saya adalah biangkerok dari masih "kecilnya" teater jika dibandingkan dengan bentuk kesenian lain yang tidak jarang disebut masih anak kemarin sore. Buat apa merasa sudah tua atau lebih dulu melakukan sesuatu, tetapi tidak mampu mengembangkannya?

Kenapa seni musik, tari, dan film bisa berkembang dan menjangkau semua orang?

Karena, para pelakunya jarang menghardik penontonnya yang kurang sepakat dengan karya tersebut untuk membuat karya tandingan. Nahasnya, di teater, terkadang masih ada hardikan-hardikan seperti itu secara implisit maupun eksplisit ketika terjadi kontradiksi di penontonnya.

Jika hal itu terus dilakukan, maka penonton teater adalah orang-orang yang membuat teater. Coba bandingkan dengan penonton film. Apakah mereka juga pembuat film?

Menurut saya, poin yang paling penting adalah penonton teater masih bisa mempelajari teater walau tidak menjadi orang teater. Misi belajar teater seharusnya jauh lebih penting, daripada keharusan untuk membuat teater bagi penonton.

Dengan kemauan penonton teater untuk belajar teater, maka penonton akan lebih cepat untuk menerima ragam pementasan teater. Karena, semakin banyak yang diketahui tentang teater, akan semakin cepat untuk menelaah keunikan-keunikan, perbedaan, dan tidak marah dengan keterkejutan yang dialami.

Artinya, semakin tahu, bukan berarti semakin berhak untuk menolak segala macam perbedaan. Justru, semakin mudah untuk menerima perbedaan.

Itulah kenapa, orang bodoh itu rasis, dan orang rasis itu pasti bodoh. Jadi, apakah penonton teater juga mau begitu?

Poster pementasannya. Sumber: Dokumentasi MASTER
Poster pementasannya. Sumber: Dokumentasi MASTER
Malang, 6 April 2021
Deddy Husein S.

Catatan: Semua dokumentasi yang tersemat sudah atas izin dari MASTER.
Baca juga: "ENTAH" dan Teater Daring bagian 1 dan bagian 2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun