Rabu, 31 Maret 2021, ketika sedang membuka akun media sosial, saya menemukan adanya serangkaian unggahan dari akun media sosial Inter Milan. Unggahan yang saya lihat adalah beberapa orang dengan mengenakan pakaian berlogo asing tapi cukup identik dengan Inter, yaitu 'IM'.
Karena penasaran, saya cek di laman akunnya, dan ternyata memang benar. Inter telah berganti logo. Sebuah kejutan, karena saya pernah melihat Inter sedikit mengubah logo pada 2014.
Bisa dikatakan masih segar perubahan itu dilakukan. Namun, Inter rupanya bergerak cepat untuk melakukan pembaharuan lagi terhadap logonya. Langkah ini bisa disebut sebagai rebranding.
Rebranding yang dilakukan klub bisa menyangkut pada logo, warna seragam (jersey) utama, juga nama. Nama yang berubah, maka itu bisa disebut sebagai rebranding, sama seperti saat logo atau misalnya warna yang mencirikan identitas juga diubah, maka itulah langkah rebranding.
Jika saya terka-terka, ada beberapa poin yang dapat saya jadikan landasan dalam menilai langkah Inter Milan tersebut.
Pertama, Inter Milan adalah klub besar, dan mereka bisa dikatakan telah bangkit menjadi tim kuat lagi. Ini yang membuat klub perlu mengembangkan dan mempertahankan nilai tersebut di era yang baru.
Mereka tidak boleh kalah populer dengan Juventus. Generasi baru pada penggemar bola perlu memperhatikan Inter dan menganggap Inter Milan juga menarik.
Kedua, Inter perlu mempertahankan momentum. Ketika semua orang mulai kembali memperhatikan sepak terjangnya di lapangan, maka itulah saat yang tepat untuk membuat penyegaran terhadap identitas.
Sejak Inter dilatih Antonio Conte, pelan nan pasti dapat memperlihatkan diri sebagai klub kuat di Serie A. Artinya, mereka juga akan mulai digandrungi banyak orang.
Saat seperti itulah, Inter patut menunjukkan semangat baru dan semangat tinggi. Biasanya dengan pembaharuan pada identitas, secara tak disadari telah mampu mendorong semangat untuk membuktikan diri.
Secara mudahnya, Inter Milan ingin mengajak semua elemen yang lekat dengan mereka untuk selaras dengan identitas baru dan sesuai zamannya. Caranya adalah dengan rebranding saat mereka juga sedang punya asa mencapai titik target yang diidamkan sejak lama, scudetto (juara Serie A).
Ketiga, membangkitkan pasar yang terpuruk. Penggemar Inter Milan pasti masih banyak. Entah, generasi masa lalu atau masa sekarang.
Tetapi, sejak ada pandemi, segala sektor tersendat, termasuk pasar merchandise (pernak-pernik). Tidak hanya prestasi di lapangan yang dapat menopang kejayaan klub, melainkan juga pemasaran pernak-pernik.
Hanya saja, terkadang pernak-pernik yang berbau lama cenderung sudah kurang menarik minat bagi penggemar golongan lama. Atau, juga bagi mereka golongan baru yang menganggap simbol-simbol Inter tidak seperti Juventus atau pun Hellas Verona.
Sudah dekade 2020-an, loh!
Ibaratnya, semua orang sudah tahu sejarah dan simbol yang melekat di Inter Milan. Lalu, apakah tidak ada inovasi setelahnya? Apakah selamanya hanya bersama sisa-sisa sejarah yang belum tentu memberi dampak psikologis dan kenangan yang bagus?
Bagaimana dengan opsi membuka sejarah baru? Bukankah itu akan menarik untuk masa depan?
Mereka harus dapat memanfaatkan perhatian para penggemar bola, khususnya Interisti dengan adanya rebranding. Dengan begitu, geliat pasar Inter akan terlihat, dan ini bisa membantu Inter keluar dari jeratan kesulitan finansial.
Jika melihat langkah Inter Milan terlihat taktis dan mampu menjangkau hal-hal yang nonteknis, bagaimana dengan Atalanta? Apakah Atalanta tetap bertahan dengan jati diri lamanya?
Ada beberapa hal yang perlu mereka lakukan saat ini, sebelum melakukan rebranding.
Pertama, mereka masih menumbuhkan klub secara teknis. Maksudnya, mereka masih memperhatikan keberhasilan di atas lapangan.
Mereka ingin dilihat sebagai tim kuat, sebelum menjadi klub besar yang bisa "mengepakkan sayap" ke mana saja. Inilah yang sedang dilakukan La Dea.
Kedua, Atalanta masih sadar bahwa mereka belum menjadi klub besar. Maka, yang harus mereka lakukan adalah mempertahankan peninggalan sejarah terhadap identitasnya, agar klub ini masih memberikan perasaan "rumah" bagi mereka yang belum saatnya berkelana terlalu jauh.
Ibarat anak manusia, Atalanta harus belajar berjalan terlebih dahulu sebelum berlari. Setelah kaki-kaki kuat untuk menopang tubuh, maka berlari bukanlah suatu hal yang berbahaya bagi si anak manusia.
Ketiga, Atalanta lebih baik mendorong publik untuk mengenal dulu awal jati diri mereka sebelum terjadi penyegaran jati diri. Ibarat anak manusia lagi, orang lain perlu mengetahui si anak manusia itu adalah anaknya siapa sebelum akhirnya tahu si anak manusia itu sekolah di mana.
Artinya, Atalanta memang wajib mempertahankan identitasnya dari peninggalan masa lalu, agar orang lain juga tahu siapa mereka. Setelah itu, mereka bisa melakukan penyegaran identitas, walaupun entah kapan.
Keempat, Atalanta mungkin sudah menyiapkan langkah rebranding. Tetapi, mereka seperti perlu melihat momentum. Ini seperti yang dilakukan Inter Milan.
Bahkan, juga seperti Juventus. Mereka melakukan rebranding ketika publik semakin memperhatikan klub asal Turin itu. Langkah tersebut yang diyakini akan diikuti oleh Atalanta suatu saat nanti.
Jadi, kira-kira kapan Atalanta akan kokoh sebagai capolista (pemuncak klasemen) Serie A?
Deddy Husein S.
Terkait: Tribunnews.com, Inter.it, Accurate.id, dan Kompasiana.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H