Tugas Vinales kini adalah mengejar dan menggusur Bagnaia. Pembalap yang juga akrab dipanggil Pecco itu akhirnya juga gagal menghadang kengototan Vinales untuk masuk ke sisi dalam tikungan.
Vinales memimpin. Pemandangan yang bisa dikatakan jarang terlihat, karena sejak 2018 (tanpa 2020) pemimpin jalannya balapan Qatar biasanya Ducati atau Honda, bukan Yamaha.Â
Yamaha memang tidak sepenuhnya kalah bersaing, hanya saja faktor kecepatan khususnya di lintasan lurus itu adalah momok Yamaha.
Namun, kali ini, Yamaha khususnya lewat Vinales seperti membuktikan bahwa tenaga mereka tidak sepenuhnya kalah dengan motor lain. Apalagi, dalam hal menaklukkan tikungan, mereka masih jago.
Menariknya, saat itu, situasinya bisa dikatakan nyaris mirip dengan sekarang. Pada musim 2017, Vinales pertama kali membela Yamaha yang kala itu masih bernama Yamaha Movistar.
Artinya, Vinales saat itu sedang memiliki kepercayaan diri tinggi dan ingin membuktikan bahwa dirinya memang pantas membela pabrikan besar seperti Yamaha. Itu juga mirip dengan sekarang, ketika dirinya kini resmi menjadi pembalap utama tanpa bayang-bayang Valentino Rossi.
Meskipun, musim lalu ia sudah ditunjuk sebagai patokan pengembangan motor, namun masih adanya Rossi di garasi yang sama tentu akan memengaruhi cara kerja tim. Ini yang diduga telah berbeda ketika musim 2021 Yamaha sudah menggeser Rossi ke tim satelit.
Visi Vinales diprediksi menjadi lebih didengar, meskipun di dekatnya ada Fabio Quartararo yang sempat membuat orang berdecak kagum pada awal musim lalu. Inilah yang seperti menjadi momentum bagus bagi Vinales untuk percaya diri terhadap kemampuannya.
Itu berkebalikan dengan mantan rekannya, Valentino Rossi. Rossi justru mampu tampil bagus saat balapan dibandingkan saat latihan bebas dan kualifikasi. Itulah sebabnya, Rossi sering disebut 'the Sunday rider'.