Sejauh ini, Odegaard dianggap telah membantu Arsenal menapaki sisa musim 2020/21 untuk bertarung habis-habisan. Sebagai klub besar klasik, mereka tentu harus dapat finis di zona Eropa atau setidaknya dapat berkompetisi di Eropa musim depan.
Lewat misi itu, kehadiran Odegaard seperti telah memenuhi kebutuhan. Mereka juga telah menaruh kepercayaan dan kesempatan yang berkelanjutan kepada Odegaard. Ini adalah modal penting untuk membuat pemain potensial berkembang.
Brahim Diaz
Pemain bernama lengkap Brahim Abdelkader Diaz ini akhirnya punya tempat yang cocok untuk memberikan kesempatan bermain lebih banyak. AC Milan adalah tim yang tepat, karena mereka memang sedang fokus memberdayakan pemain muda dalam dua musim terakhir (2019/20 dan 2020/21).
Itu yang membuat Brahim terlihat lebih bagus bermain di Milan daripada di Madrid. Hanya saja, Brahim juga belum punya kepastian apakah dirinya ingin bertahan lebih lama di Milan atau kembali ke Madrid.
Sebagai pemain Spanyol rasanya wajar jika dia ingin memperkuat tim terbaik di Spanyol. Ini juga terlihat dari misi Ceballos untuk kembali ke Madrid dan menjadi pemain utama saat ia dipinjam oleh Arsenal. Apakah Brahim juga begitu?
Luka Jovic
Awalnya, pemain ini sempat menjadi sosok yang menakutkan. Sebagai penyerang, ia terlihat cukup efisien dalam memanfaatkan peluang menjadi gol.
Dasar itu pula yang membuat Real Madrid terpincut dan menebusnya dari Eintracht pada bursa transfer 2019/20 bersama Eden Hazard dari Chelsea. Namun, ternyata ia kehilangan taji ketika berseragam putih Madrid.
Hingga kemudian, di sisa musim 2020/21, Jovic "pulang kampung" ke Frankfurt demi kembali membela Die Adler. Catatan sementara di Wikipedia (saat tulisan ini dibuat), dia telah bermain 11 kali dan mencetak 3 gol.
Torehan ini lebih bagus daripada di Madrid, yang sudah mencatatkan 21 penampilan, namun hanya mencetak 2 gol. Hal ini bisa terjadi selain karena Jovic sering dimainkan sebagai pemain cadangan, juga karena Jovic terlihat seperti bingung menempatkan diri di lini depan Los Blancos.
Itu berbeda ketika ia bermain di Eintracht. Pemain asal Serbia ini terlihat sudah tahu bagaimana cara menempatkan diri di posisi yang terbaik.
Dia juga punya kesempatan untuk melakukan penguasaan bola, alih-alih hanya menunggu bola kiriman ke dalam kotak penalti selayaknya penyerang tengah murni (target man) seperti di Madrid. Pertanyaannya, apakah Jovic akan berusaha kembali memperkuat Madrid atau malah dipermanenkan Eintracht Frankfurt?