Kepercayaan diri Arsenal sebagian besar tertopang oleh hasil laga di Liga Europa. Itulah mengapa, skenario rasional yang menghasilkan misi juara Liga Europa bisa dikatakan harus dicoba Arsenal.
Namun, jika mereka tidak ingin terlihat mengorbankan Premier League, maka mereka harus menggunakan cara ideal, yang sayangnya di sini justru bisa disebut susah-susah gampang, berkebalikan dengan Liverpool.
Faktornya, karena lawan yang dihadapi Arsenal berada di momen sengit. West Ham (21/3) dan Liverpool (4/4) sama-sama bersaing untuk tiket Eropa. Sedangkan, Sheffield United (12/4) dan Fulham (17/4) sedang berupaya keras keluar dari jurang degradasi.
Itu yang membuat Arsenal bisa dikatakan susah menjalani skenario ideal, walau bagi banyak orang itu masih mungkin daripada menjuarai Liga Europa. Tetapi, kita juga harus ingat, bahwa Arsenal pernah berada di final kompetisi tersebut, tepatnya pada musim 2018/19.
Pengalaman itu juga bisa dikatakan sedikit 11-12 dengan Liverpool, karena skuadnya juga masih banyak yang bertahan di Arsenal. Bedanya, mereka gagal juara di final tersebut dan tidak dilatih oleh Mikel Arteta.
Sedangkan, di musim ini Arsenal dilatih Arteta, yang kita sudah tahu, cukup bisa membuat timnya sangat solid di partai hidup-mati. Seperti, di final Piala FA 2019/20. Jika di final itu, Arsenal bisa angkat trofi, mengapa tidak untuk final Liga Europa?
Melihat dua skenario itu (rasional dan ideal), rasanya Arsenal bisa tinggal pilih, mau yang mana. Tetapi, Arteta bersama timnya tentu punya skenario tersendiri yang mungkin lebih efektif dan lebih siap untuk mereka terapkan.
Hanya saja, tulisan ini berusaha mengakomodasi harapan terkait dua klub besar Premier League tersebut untuk tidak absen di kompetisi Eropa musim depan. Rasanya terlihat ganjil, kalau tidak melihat dua jersey merah tampil di kompetisi 'tengah pekan' itu.
Bagaimana kalau menurut pembaca?
Malang, 17 Maret 2021
Deddy Husein S.