Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ghosting, Cinta, dan Lelaki Dirundung Habis

3 Maret 2021   23:28 Diperbarui: 3 Maret 2021   23:59 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi, ketika sudah mulai jauh melangkah bersama, si bucin bisa mulai melihat kelemahan itu dan mau menerimanya. Cara menerimanya adalah dia tahu apa yang bisa menggantikan kelemahan tersebut.

Biasanya, si bucinlah yang akan menggantikan kelemahan orang yang ia sukai dengan kelebihan yang si bucin punya. Ini baru disebut bucin berkelas, dan biasanya memang terjadi pada hubungan percintaan langsung, bukan pada hubungan tidak langsung seperti antara penggemar dengan idola.

Maka dari itu, sekalipun penggemar mengatakan "saya sudah lama menyukainya (si idola)", selamanya dia hanya bisa menyukai. Tidak bisa lebih, tapi malah bisa berkurang. Kenapa?

Karena, seiring berjalannya waktu si penggemar pasti tahu dong apa kelemahan idolanya. Masa tidak?

Jadi, kalau ada penggemar yang sangat suka idolanya dan menghalalkan segala penilaian untuk menganggap idolanya lebih dari yang lain, maka dia sudah berada pada tataran menggilai idolanya. Tentu, itu tidak baik, dan sangat tidak berkelas.

Omong-omong, ini masih berada di koridor penjelasan tentang cinta, yang menurut saya bisa saja telah salah penerapan. Atau malah berusaha melampaui batas, hanya untuk membuktikan bahwa dirinya telah berjuang atas nama cinta.

Jika sudah melampaui batas, siapa yang rugi? Banyak. Tidak hanya bagi yang gampang bilang, "lo-gue, end/i love you", tetapi juga yang ada di sekitarnya.

Apalagi, kalau membahas tentang hubungan percintaan (maksud saya: persukaan) antara lelaki dengan perempuan, pasti nantinya akan berkaitan pula dengan orang tua dan keluarga. Mereka juga pelan nan pasti akan terlibat dalam percaturan rasa itu.

Jadi, kalau dalam sehari-dua hari bertemu, sebulan-dua bulan bertemu sudah sangat memberikan harapan kepada sang lawan jenis, itu seperti berdiri di tepi tebing. Karena, kita tidak pernah tahu kapan orang lain akan mendorong jatuh ke jurang (pergi), seperti ketika kita tidak tahu kapan orang lain mengajak pergi dari tebing (datang).

Maka dari itu, masihkah mengharap lebih? Mengapa pula harus (merasa) menjadi korban ghosting? Dan, apakah selamanya yang menjadi pelaku ghosting adalah lelaki? Bagaimana dengan perempuan?

Jika merujuk pada ilustrasi dua perempuan di organisasi tersebut, maka ghosting bisa dilakukan siapa saja dan dalam lingkup apa saja. Semua orang pasti pernah membuat orang lain merasa bahagia dan kecewa. Bukan lelaki saja, dan tidak hanya soal "cinta".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun