Kemudian, orang seperti itu biasanya ingin menunjukkan keberhasilannya menemukan suasana baru yang menarik kepada temannya. Biasanya, orang yang mudah bepergian tidak ragu untuk merekomendasikan tempat baru kepada temannya lewat cara mengajaknya ke tempat tersebut.
Lalu, bagaimana jika ternyata temannya tidak mudah menerima ajakannya?
Itulah yang sebenarnya menjadi permasalahan laten dalam pertemanan dan menjadi pokok dalam tulisan ini. Tidak jarang, di antara jaringan pertemanan terdapat teman-teman yang tidak mudah diajak bersantai atau mengopi sewaktu-waktu.
Bahkan, terkadang ada keluhan semacam ini, "Aku selalu bisa kamu ajak ngopi, kok giliran aku yang ngajak ngopi, kamu sering gak bisa?"
Keluhan itu yang kemudian bisa menimbulkan sikap lain, misalnya menjadikan seseorang yang awalnya tidak easy going menjadi people pleaser. Daripada pertemanan rusak, hanya gara-gara tidak mudah diajak kongkow ria, bukan?
Padahal, sebenarnya sikap tidak easy going adalah hal wajar. Sekali lagi ingat, ini tentang sikap, bukan sifat. Artinya, orang yang secara sikap tidak easy going sebenarnya lebih bisa dimaklumi, daripada secara sifat tidak easy going.
Orang yang tidak mudah diajak bepergian bukan berarti dia antisosial. Bisa saja karena dia belum ada waktu untuk berkumpul dengan temannya, maka dia menolak ajakan ngopi. Atau, dia memang sedang tidak membutuhkan itu, karena dia masih baik-baik saja tanpa ngopi bareng teman-temannya.
Artinya, kalau kita punya teman yang jarang mengiyakan ajakan ngopi dan nongkrong di kafe setiap akhir pekan, itu pertanda baik. Karena, kita punya teman yang tahu kapan harus tetap pada rutinitasnya dan kapan dapat bersantai.
Lagipula, tidak easy going di sini masih berupa sikap, yang artinya dapat berubah-ubah menyesuaikan keadaan orang tersebut. Itulah kenapa, kita sebagai si teman, termasuk jika kita malah yang tidak easy going, seharusnya tidak menganggap ketidakmudahan diajak bepergian bukan suatu permasalahan besar dalam pertemanan.
Jadi, seharusnya kita dapat memaklumi sikap tidak easy going tersebut. Jangan sampai kita malah membuat orang yang demikian--termasuk diri sendiri--menjadi people pleaser, hanya karena merasa pertemanan menjadi tidak asyik akibat kurang intensitas bertemu.