Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Sweet Karma, Antara Ada dan Tiada

16 Februari 2021   20:55 Diperbarui: 23 Februari 2021   07:48 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau genre komedi ada, horor ada, misteri ada, aksi juga ada. Tidak cuma drama, romansa, dan tragedi.

Namun, saya akui bahwa sekalipun sudah pilih-pilih genre, unsur drama di dalam serial Korea (Korsel) selalu ada. Maka dari itu, saya berusaha tetap di genre non-drama, non-romansa, dan non-tragedi, karena saya khawatir tidak bisa menanggapi secara jernih penyajian cerita di tontonan tersebut.

Walau demikian, bukan berarti saya antidrama, antiromansa, dan antitragedi. Saya akan menerima genre itu kalau saya sedang menonton versi film. Alasannya sederhana, dengan durasi 1-2 jam, itu sudah cukup untuk mengonsumsi antara tiga genre tersebut.

Itu artinya, saya berusaha mengetahui porsi "makanan" yang bisa saya makan. Sekalipun terlihat tidak gampang alergi.

Metode ini juga saya terapkan untuk india-indiaan. Sebelum ada "invasi Korea" lewat "Full House" dan "My Sassy Girl", saya sudah menonton dan bisa dikatakan senang menonton film India.

Sebut saja "Dil To Pagal Hai", "Kuch Kuch Hota Hai", "Mohabbatein", dan "Kabhi Khushi Kabhie Gham". Itu masih berdasarkan film yang diperankan Shah Rukh Khan, belum aktor Bollywood lain.

Namun, ketika saya gandrung dengan film India, tidak selamanya dan tidak semua film India saya tonton. Saya saring juga. Begitu pula dengan serial India, tidak semuanya saya tonton.

Bahkan, saya tidak mengikuti serial tenar "Mahabharat". Saya malah lebih mengikuti serial "The Adventures of Hatim" dan "Jodha Akbar". Walaupun, keduanya tidak saya ikuti sampai tamat.

Itu artinya, sekalipun saya pernah "berangkat" dari India, tidak selamanya saya berada di sana lalu membuat kubu-kubuan. Sebenarnya, inilah yang sering saya lihat di lingkungan sosial saya ketika berbicara tentang selera tontonan.

Ada kubu anime, kubu drakor, kubu India, kubu Turki, dan sebagainya. Padahal, semua tontonan itu menurut saya bisa ditonton kok, asalkan tahu porsi yang dibutuhkan.

Ini masih membicarakan tentang tontonan, belum yang lain, seperti musik. Musik juga demikian, ada yang suka genre ini tapi tidak suka genre itu, dan sejenisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun