Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kritik, Kurang Cantik tapi Menggoda

14 Februari 2021   22:15 Diperbarui: 18 Februari 2021   20:32 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengapresiasi; setuju atau berlawanan. Gambar: Antotunggal.com via Dekadepos.com

Saya juga tidak mengaitkan kritik dengan perempuan, hanya karena ada istilah cantik. Kurang cantik yang saya sematkan pada kritik bukan merujuk pada perempuan, melainkan pada kritik itu sendiri.

Kritik tidak bisa disamakan dengan objek apa pun--apalagi subjek, karena kritik adalah harga. Harga yang biasanya untuk menebus sesuatu yang layak ditebus. Entah, tanpa diskon atau dengan diskon.

Tetapi, seperti yang saya ungkap pada judul, kritik itu meskipun kurang cantik, tetap menggoda banyak orang untuk melakukannya. Banyak orang yang langsung mencoba membuat kritikan sekalipun belum tahu aturan main kritik.

Saya sebenarnya juga kurang tahu, karena tata bahasa yang saya anggap sebagai kunci krusial juga masih rancu kalau ditelaah dengan sentimental, alias perasaan. Seandainya, tata bahasa ditelaah dengan kinerja kepala saja, kritik itu benar, alias takperlu repot menyewa pengacara untuk menjebloskan si pengkritik atas dalih "pencemaran nama baik".

Ilustrasi penangkapan orang terduga sebagai pengkritik. Gambar: Toto Sihono via Kompas.com
Ilustrasi penangkapan orang terduga sebagai pengkritik. Gambar: Toto Sihono via Kompas.com
Berbeda, jika orang yang membaca kritik itu dengan perasaan. Misalnya, saya sebagai penulis yang sudah meluangkan waktu 1 jam untuk memikirkan, menulis, menyunting, dan mengunggah artikel ini.

Kemudian, setelah terpublikasi, saya membaca sebuah komentar begini, "Tulisannya ruwet! Cobalah menulis seperti si Anu. Dia tulisannya anjay banget. Aku suka!"

Bagaimana tanggapan saya?

Saya yang sebagai penulis dan sedang merasa "berjasa", akan berpikir bahwa pembaca ini hanya kaum pembaca judul atau pepatah (quote) thok. Namun, sebagai penulis yang sudah melupakan rasa capai dalam menulis, akan berpikir bahwa orang itu mungkin benar.

Jika saya menjadi "sisi kedua", maka saya akan mencoba kembali membaca tulisan saya. Kalau memang ruwet, berarti kritikan itu tepat.

Saya sebut kritikan, karena ada tiga kalimat yang tertera di komentar tersebut. Salah satunya memberikan rujukan--dasarnya kritik--terhadap apa yang kira-kira lebih bagus dan bisa dipelajari serta diterapkan.

Memang, rujukan itu seperti subjektif. Tetapi, perlu diingat, semua pernyataan yang kita ungkap di media sosial termasuk blog pribadi, itu sudah tergolong subjektif, sekalipun kita sudah mencantumkan banyak kutipan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun