Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Anak Indekos Juga Perlu Yakin dengan Vaksin

30 Januari 2021   14:03 Diperbarui: 30 Januari 2021   18:08 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masker yang saya gunakan saat ke warung/toko kelontong. Gambar: Dokumentasi Deddy Husein S.

Itu seperti kasus memakai masker. Saya yang saat ini sudah nyaman menggunakan masker, belum tentu orang lain saat ini sudah nyaman menggunakan masker. Padahal, dalam waktu yang sama sebelumnya, sudah sama-sama memulai kebiasaan bermasker.

Apakah ini berdasarkan latar belakang orangnya?

Menurut saya, iya. Orang yang nyaman menggunakan masker juga perlu ditelisik latar belakangnya. Contoh sederhananya, apakah dia perokok berat atau bukan.

Ini juga bisa berlaku pada orang yang diberi vaksin. Perkembangan fisiknya akan ditentukan pula oleh latar belakangnya. Misalnya, apakah dia akan menunjang aktivitasnya dengan pola hidup sehat atau tidak.

Ilustrasi pemberian vaksin. Gambar: Antara/M Agung Rajasa via Kompas.com
Ilustrasi pemberian vaksin. Gambar: Antara/M Agung Rajasa via Kompas.com
Jika menyinggung tentang latar belakang, saya juga berpikir tentang status sosial. Salah satunya adalah anak indekos.

Sebagai orang yang tinggal di salah satu kota pendidikan, saya tentu sangat akrab dengan status anak indekos. Saya pun anak indekos, bersama orang-orang yang sudah berkeluarga dan mereka berprofesi sebagai pedagang.

Lalu, apakah pemberian vaksin akan sampai menjangkau anak indekos?

Anak indekos atau yang paling sering disebut anak kos-kosan juga seharusnya masuk dalam kategori subjek wajib vaksin. Karena, mereka mencakup banyak sub-sub status sosial.

Mereka bisa berstatus pelajar, mahasiswa, karyawan konter hape, karyawan minimarket, sampai pekerja lepas. Bahkan, guru-guru muda atau karyawan kampus juga ada yang masih berstatus anak kos.

Sebenarnya, pedagang keliling yang mengekos juga bisa disebut anak kos sekalipun sudah berkeluarga. Lagipula, bapak-ibu pemilik kos-kosan akrab dipanggil bapak-ibu kos. Berarti, orang-orang yang sedang mengekos bisa dianggap anak kosnya.

Ilustrasi pedagang keliling. Gambar: Kompas/Sukoco
Ilustrasi pedagang keliling. Gambar: Kompas/Sukoco
Berdasarkan ragam sub-status sosial itu saya menganggap anak kos bukan pihak yang remeh dalam tangga piramida subjek vaksin Corona. Mereka patut menjadi salah satu pihak penting dalam upaya menghalau penyebaran virus Corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun