Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Steve Bruce: Sepak Bola Saat Pandemi adalah Moral Vs Finansial

11 Januari 2021   00:25 Diperbarui: 11 Januari 2021   09:13 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepak bola tetap berjalan sengit walau tanpa suporter di tribun. Gambar: AFP/Getty Images/Pool via Kompas.com

Tulisan ini berangkat dari pendapat manajer Newcastle United, Steve Bruce setelah laga putaran ketiga Piala FA 2020/21 yang mempertemukan Aston Villa vs Liverpool (9/1). 

Tentu, kita sudah tahu hasil akhir laga itu adalah 1-4 dengan parade gol yang diciptakan Mane (2), Salah, dan Wijnaldum, sedangkan gol Aston Villa dicetak oleh Louie Barry.

Walaupun Bruce bukan manajer salah satu dari dua klub itu, dia ternyata punya perhatian terhadap tergelarnya laga tersebut. Laga yang digelar di Villa Park itu memang patut diperhatikan, karena tim tuan rumah (Aston Villa) diperkuat oleh tim dari Aston Villa U-23.

Manajernya juga bukan Dean Smith melainkan Mark Delaney. Bukannya tanpa sebab Aston Villa melakukan itu, melainkan karena sekitar 14 orang di tim senior terdapat hasil positif Covid-19 dalam pengujian.

Mau tidak mau, The Villans harus tampil tanpa seluruh skuad utama demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Ini membuat kita teringat kejadian serupa yang juga melibatkan kedua klub tersebut.

Tepatnya pada 18 Desember 2019, ketika Liverpool yang harus bermain di ajang Piala Liga, tetapi di waktu bersamaan mereka harus tampil di Piala Dunia Antarklub. Jurgen Klopp jelas memilih terbang ke Doha, Qatar untuk memperebutkan titel perdana Liverpool di ajang tersebut.

Alhasil, tim yang harus turun di laga Piala Liga harus skuad junior, yaitu U-23. Di sanalah kita bisa melihat penampilan perdana kiper yang kini menjadi kiper ketiga Liverpool, Caoimhin Kelleher.

Saat itu, Liverpool harus digasak 5-0 dengan gol-gol yang dicetak Hourihane, Boyes (GBD), Kodjia (2), dan Wesley. Melihat laga itu banyak pihak juga memberikan pendapat.

Termasuk tentang ide untuk meniadakan Piala Liga, akibat padatnya jadwal untuk klub Liga Inggris. Khususnya, bagi mereka yang harus tampil di ajang konfederasi (Piala Super Eropa) dan antarkonfederasi (Piala Dunia Antarklub).

Namun, pada nyatanya kita melihat ide itu belum akan terealisasi, bahkan dengan keadaan saat ini yang tanpa diduga telah kedatangan tamu tak diundang, Corona. Akibat Corona, semua tim sudah banyak yang mengalami kasus positif Covid-19 pada skuadnya.

Absennya pemain di pertandingan saat ini bukan lagi karena cedera atau faktor akan dijual ke klub lain, melainkan karena positif Covid-19. Namun, berhubung pihak FA (federasi sepak bola di Inggris) dan Premier League tidak ingin melakukan penangguhan kompetisi lagi, maka semua kompetisi tetap berjalan.

Jika memang tidak bisa berpartisipasi dengan tim utamanya karena banyak kasus Covid-19 di tim tersebut, maka caranya seperti yang dilakukan Aston Villa. Soal mengapa mereka tidak mengajukan penundaan, ada kemungkinan bahwa ini terkait dengan jadwal yang padat.

Jadwal yang padat dan ditambah sifat kompetisi itu yang merupakan turnamen, maka sulit untuk melakukan penundaan. Hal ini berbeda dengan liga, yang merupakan kompetisi semusim, sehingga jadwalnya bisa lebih fleksibel.

Sedangkan pada turnamen, satu laga yang tertunda sudah pasti akan memengaruhi jadwal pengundian dan pelaksanaan ronde selanjutnya. Itulah yang membuat laga Aston Villa vs Liverpool harus tetap tergelar.

Lalu, bagaimana dengan pendapat Steve Bruce?

Steve Bruce ungkap sepak bola di tengah pandemi secara moral salah. Gambar: via BBC.co.uk
Steve Bruce ungkap sepak bola di tengah pandemi secara moral salah. Gambar: via BBC.co.uk
Sebenarnya, pendapat Bruce itu tepat. Memang, kondisi di Inggris sedang sangat memprihatinkan, akibat penyebaran virus yang semakin tinggi dan diduga juga ada kemungkinan didalangi oleh virus mutasi (VUI 202012/01).

Selain itu, kita juga perlu mengingat bahwa para pelaku di sepak bola Inggris juga tidak sedikit yang merupakan lansia. Mereka kebanyakan adalah manajer, staf pelatih, juga orang-orang yang mengelola tim di balik layar.

Salah satu sosok yang tepat menjadi contoh adalah manajer Crystal Palace, Roy Hodgson. Pria Inggris ini sudah berusia 73 tahun. Bahkan, juga Steve Bruce sendiri yang saat ini sudah menyentuh angka 60 tahun.

Tentu kita tahu bahwa virus Corona akan semakin berbahaya jika berada di tubuh lansia, karena terkait kekebalan tubuh yang tidak seperti orang berusia muda. Artinya, ada bahaya yang diam-diam dapat mengincar para pelaku sepak bola Inggris ketika mereka tetap harus berpartisipasi menggerakkan roda kompetisi di setiap pekannya.

Itulah yang membuat Steve Bruce berpendapat tentang pentingnya moral dalam menjalankan sepak bola. Hal ini berkaitan dengan kepekaan (badan/figur) sepak bola kepada masyarakat yang saat ini juga dilanda kecemasan akibat pandemi yang taksurut.

Tetapi, di sisi lain dia juga mengakui bahwa sepak bola juga merupakan salah satu media hiburan bagi masyarakat. Untuk itulah sepak bola tetap ada, meski itu bukan untuk representasi keadaan yang sudah kembali normal.

Satu hal lain yang krusial juga membuat sepak bola mau tidak mau tetap harus berjalan. Hal itu adalah finansial.

Sudah banyak klub mulai ketahuan sedang krisis dan harus melakukan pinjaman dana ke bank dengan syarat tertentu. Mereka sampai harus melakukan itu karena pemasukan selama kompetisi di masa pandemi sangat berbeda jauh dengan saat normal.

Salah satu indikatornya jelas pada minimnya suporter di stadion. Meskipun, mereka sempat berhasil mendatangkan suporter di stadion, itu hanya berjumlah sedikit.

Belum lagi dengan penjualan kaos replika dan pernak-pernik klub yang diyakini takakan selaris musim normal. Karena, sudah pasti banyak kelompok suporter yang juga kesulitan finansial.

Namun, ketika hal itu terjadi, kebutuhan administratif tetap harus berjalan. Itulah mengapa, mereka akhirnya harus mengutang pada bank khusus.

Selain itu, cara agar roda klub tetap berputar juga dengan terlibat dalam kompetisi. Jika mereka tidak berkompetisi, siapa yang akan memberikan pemasukan atau tunjangan kepada klub itu? Apakah sponsor akan bersedia untuk menggaji para pemain tanpa pernah mendapatkan pengaruh dari keberadaan kompetisi?

Sponsor bisa berani terlibat ke dalam klub sudah pasti karena klub itu berpartisipasi di dalam kompetisi. Dengan begitu, pasti akan ada dampak positif yang diperoleh sponsor ketika klub itu berlaga.

Hal ini juga berlaku pada sponsor besar yang biasanya terlibat langsung dalam kompetisi. Misalnya, stasiun televisi. Mereka memang merupakan media penyiaran, tetapi mereka juga mampu memberikan banyak uang kepada penggelar kompetisi.

Jika kompetisi tidak berjalan otomatis pihak penanggung jawab tidak akan mendapatkan pemasukan, karena tidak ada media penyiaran yang akan membeli hak siarnya. Itulah kenapa, akhirnya kompetisi sepak bola tetap berjalan di tengah pandemi, walau harus tertatih-tatih.

Seorang Steve Bruce bisa mendapatkan gaji walaupun tidak sebesar biasanya, pasti karena tetap ada kompetisi. Begitu juga seorang Sam Allardyce. Jika dia tidak berpikir tentang karier kepelatihannya, mengapa mau menerima tawaran West Bromwich Albion?

Allardyce ingin ada jeda. Gambar: Pool via Reuters via Independent.co.uk
Allardyce ingin ada jeda. Gambar: Pool via Reuters via Independent.co.uk
Padahal, sebagai orang Inggris pasti Allardyce lebih tahu kondisi di sekitarnya secara non-sepak bola. Maka, dia seharusnya bisa memikirkan keputusan terbaiknya jika dia merasa situasi akan sangat buruk jika sepak bola terus berjalan di tengah pandemi.

Karena, seseorang yang ingin menyelamatkan banyak orang juga perlu menyelamatkan diri sendiri. Jika orang itu belum tentu selamat, mengapa harus mengajak orang lain menepi?

Itulah mengapa, akhirnya ada pendapat lain yang sebenarnya lebih tepat disandingkan dengan pendapat Bruce, yaitu pendapatnya Jurgen Klopp. Pelatih asal Jerman itu lebih menginginkan sepak bola tetap ada, karena semua orang yang terlibat bisa menjalankannya dengan menerapkan protokol kesehatan.

Jurgen Klopp saat bertandang ke Villa Park. Gambar: via Birminghammail.co.uk
Jurgen Klopp saat bertandang ke Villa Park. Gambar: via Birminghammail.co.uk
Artinya, untuk menjalankan sepak bola di tengah pandemi kuncinya hanya satu, disiplin. Jika para pelaku sepak bola disiplin, termasuk para pemain yang tidak keluyuran ke mana-mana, maka sepak bola tidak akan banyak terganggu oleh Covid-19.

Perihal munculnya kasus positif yang makin tinggi pada tim, khususnya pada pemain, tidak lepas karena lalainya mereka dalam menjalani aktivitas keseharian setelah latihan dan pertandingan. 

Sudah tidak sulit kita menemukan kabar si A berpesta ulang tahun, si B merayakan tahun baru, dan si C malah melakukan pesta "pengusir kejenuhan".

Itulah yang sebenarnya bisa menjadi pemicu adanya rantai kasus positif Covid-19 di sepak bola, khususnya di Inggris. Percuma mereka mengaku stres karena tidak ada penonton, tapi mereka justru melakukan ketidakdisiplinan yang artinya mereka juga menantang Covid-19.

Dari situlah, tulisan ini menganggap bahwa pendapat Bruce itu ada benarnya, tetapi kuncinya ada di Klopp. Sepak bola sebenarnya seperti acara televisi pada umumnya. Mereka juga seperti sinetron, ftv, acara bincang-bincang, bahkan juga drakor.

Mereka dituntut ada dan juga memang harus ada. Karena, tanpa mereka penggemar akan semakin resah. Tanpa mereka turun ke lapangan, mereka juga resah karena timnya tidak mampu memberikan uang.

Jadi, bagaimana Bruce? Ingin seperti Allardyce yang mengharapkan ada circuit breaker di Premier League, atau seperti Klopp yang ingin sepak bola tetap berjalan dengan mematuhi protokol kesehatan?

Semoga, tulisan ini juga bermanfaat untuk visi 'sepak bola pandemi' di Indonesia. Salam bola!

Baca juga: Liga 1 Lanjut atau Tidak Sama Sekali

~

Malang, 10 Januari 2021

Deddy Husein S.

Terkait: WHO.int, Antaranews.com, 2, 3, Independent.co.uk, Dailymail.co.uk, Thesun.co.uk, Theguardian.com, Goal.com.

Tersemat: Detik.com, Goal.com, dan Akurat.co.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun