Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Fabel: "Si Ntik dan Ntek"

7 Januari 2021   23:24 Diperbarui: 7 Januari 2021   23:24 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bercerita. Gambar: Pexels/Mentatdgt

"Heh, bangun!"

Tiba-tiba ada yang membuatku terbangun, tapi, aku kembali terkejut karena aku ternyata tidak terbangun di kehidupanku yang sebenarnya. Aku masih di sini. Aku berusaha kembali memejamkan mata, tapi aku malah dibentak oleh sosok yang sepertinya lebih galak dan lebih besar dari yang kulihat sebelumnya.

"Sudah, biarkan saja kalau dia masih begitu. Ini sudah waktunya kau mencari makan. Nanti biar aku yang urus dia."

Aku mendengar suara yang lebih berat dan terdengar berwibawa. Tapi, aku masih takut untuk membuka mata.

"Heh, nak. Buka matamu! Istriku sudah pergi. Kau aman."

Akhirnya aku berani membuka mata, dan kupandang sosok yang mirip dengan yang menolongku tadi. Tapi tubuhnya tidak segelap yang tadi, dia lebih berwarna abu-abu.

"Kau hanya singgah saja, nak. Aku juga tidak menyangka akan ada keajaiban ini. Entah, apa pertandanya."
"Bukannya ini mimpi?"
"Memang. Apa kau ingin kuajak jalan-jalan?"
"Ke mana?"
"Nanti kau akan tahu. Ayo!"

Aku pun menuruti ajakan sosok berwibawa itu. Kami terbang dan menuju tempat yang aku sangat familiar. Ini rumahku!

"Ini rumahmu, kan?"
"Iya."

Aku bisa masuk ke mana saja termasuk ke kamar orang tuaku. Ada pemandangan yang membuatku terkejut. Adikku yang masih bayi sedang ada yang mau mengusik. Aku pun ingin meluncur ke arah si pengusik, tapi si sosok berwibawa mencegah.

"Tenang saja. Dia tidak akan bisa menembusnya. Dia masih muda, dan baru pertama kali mencari makan untuk calon anaknya. Itulah kenapa dia ingin mencari makan di monster yang lebih lemah."
"Monster?"
"Iya. Mereka monster. Setidaknya begitu yang aku tahu secara turun-temurun."
"Kenapa disebut monster?"
"Karena mereka selalu berusaha membunuh kita. Maksudku kami."
"Itu karena kalian menyedot darah."
"Itu makanan kami. Khususnya untuk yang perempuan. Itulah makanannya. Tanpa itu, kami tidak akan berkembangbiak."
"Memangnya apa tidak ada cara lain?"
"Kami tidak tahu. Kami sudah lama hidup seperti ini. Yang perempuan memakan air dari tubuh kalian, yang laki-laki memakan air dari yang biasanya kalian siram air itu."
"Tanaman?"
"Iya."
"Kenapa yang perempuan tidak bisa memakan air dari tanaman?"
"Kebutuhan kami berbeda. Tugas kami juga berbeda. Bahkan waktu bekerja kami juga berbeda."
"Memangnya, apa pekerjaan kalian?"
"Menyambung rantai keturunan?"
"Memangnya yang kalian lakukan itu penting?"
"Menurutku iya. Jika tidak begitu kenapa ada kami?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun