Itulah mengapa, tidak jarang seorang ayah akan terlihat lebih banyak diam dan dianggap lebih sabar dibandingkan ibu bagi anaknya. Padahal, itu hanya konsekuensi dari "penebusan dosa".
Kaum ayah sebenarnya juga pasti geregetan kalau melihat anaknya bertingkah aneh-aneh. Tetapi, berhubung dia jarang di rumah, maka dia menitipkan "pesan-pesannya" ke ibu.
Memang, ada juga ayah-ayah yang langsung turun tangan untuk mengajari anaknya agar bertingkah baik. Tetapi, itu hanya dapat dihitung sekiannya dari sekian ratus atau sekian ribu ibu. Selebihnya, tetaplah ibu yang lebih banyak bergerak di dalam tatanan rumah tangga.
Tetapi, itu menurut pengamatan saya. Sedangkan bagi pembaca, bisa saja ada yang berbeda. Lalu, bagaimana dengan "perempuan ini" yang sudah saya sebut di judul?
Berdasarkan pola pikir yang sudah saya perkenalkan itulah saya juga menggunakannya ketika melihat bidang-bidang yang saya sukai. Salah satunya adalah olahraga.
Lagi-lagi olahraga?
Betul. Saya akan mengajak pembaca untuk mengetahui adanya satu perempuan hebat di antara perempuan hebat lainnya di dunia ini, dan ia berasal dari bidang olahraga.
Dia adalah pembalap profesional, dan kini berkarier di salah satu cabang balap motor bergengsi dunia, yaitu Superbike. Lebih tepatnya, dia membalap di kelas Supersport 300cc atau yang sering disebut WSSP300.
Betul, dia juga pernah satu panggung dengan pembalap Superbike asal Indonesia, Galang Hendra Pratama--kini membalap di kelas WSSP600. Artinya, dia membalap di tengah dominasi para pembalap laki-laki.
Tetapi, dia tidak hanya sebagai simbol emansipasi perempuan belaka. Dia juga tentu tidak menjadi penggembira saja. Dia malah bisa memberikan persaingan sengit di atas lintasan balap.