Itulah yang menjadi penyebab ketiga dari kekalahan Arsenal. Mereka harus berjuang keras dan berbagi fokus.
Fokus pertama jelas mencari gol yang dapat memperkecil ketertinggalan. Namun, peluang-peluang yang dibuat seringkali gagal menjadi gol. Bahkan, tepat sasaran saja sulit.
Ketika masalah itu terjadi, maka fokus kedua pun harus muncul, yaitu meladeni duel keras.
Ini seperti mengingatkan duel El Clasico antara Pep dan Mou. Terjadi banyak pelanggaran, dan pemain-pemain pun sering meringis kesakitan dan mengalami cedera.
Bukti nyata bahwa di Premier League, sepak bola bisa berjalan sangat keras seperti American Football. Tetapi, ini berjalan sempurna bagi Mourinho.
Itulah mengapa, dia menurunkan Moussa Sissoko dan Pierre-Emile Hojbjerg sedari babak pertama. Dengan begitu, Spurs sudah sangat siap untuk mengubah jalannya pertandingan dari yang cukup taktikal menjadi barbar.
Sebenarnya, ini juga dicium aromanya oleh Mikel Arteta. Itulah yang membuat skuad babak pertama diisi Partey dan Granit Xhaka.
Xhaka disiapkan untuk mengantisipasi itu, dan dia memang lebih berpengalaman dibandingkan Partey. Ini akan berbeda jika yang menemani Partey adalah Elneny.
Dengan peladenan itu, Spurs pun tidak bisa banyak berkonsentrasi terkait teknik menyerang dengan lebih rapi. Bahkan, Son juga mulai terpancing untuk mudah jatuh ketika berduel dengan lawan di area yang cukup menguntungkan.