Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Derby London Utara, Arsenal yang Semakin Inferior

5 Desember 2020   04:25 Diperbarui: 5 Desember 2020   21:30 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Derby London Utara akan kembali tersaji di pekan 11 musim 2020/21. Gambar: AFP/Tim Goode via Kompas.com

Menurut saya judul itu tepat untuk menggambarkan Arsenal dalam beberapa musim terakhir ketika berhadapan dengan rival sekotanya, Tottenham Hotspur. Jika diandaikan sebagai komplek rumah, mereka adalah tetangga dalam satu blok. Cuma beda nomor saja.

Merujuk pada sejarah, Arsenal dikenal lebih digdaya daripada Tottenham Hotspur. Klub yang berjuluk The Gunners itu memiliki 13 trofi Premier League termasuk saat masih bernama First Division.

Mereka juga memiliki 14 trofi Piala FA. Torehan itu membuat mereka memegang rekor sebagai pengoleksi terbanyak trofi kompetisi tertua di dunia tersebut.

Catatan ini terlihat sangat mentereng dibandingkan Tottenham Hotspur, yang ternyata merupakan saudara tuanya. Mereka lahir pada 1882, sedangkan Arsenal "baru" terbentuk pada 1886.

Namun, menjadi saudara tua justru membuat mereka tidak menjamin tentang pengalaman dalam meraih prestasi. Terbukti, mereka baru dua kali juara liga dan terakhir pada 1960/61. Artinya, sudah 60 tahun Spurs tidak merasakan bagaimana menjadi yang terbaik di Inggris.

Terakhir mereka mencium trofi adalah 2007/08, saat final Piala Liga atau yang kini disebut EFL Cup. Spurs berhasil menundukkan rival sekota lainnya, Chelsea.

Pencapaian kedua tim. Gambar diolah dari: Wikipedia
Pencapaian kedua tim. Gambar diolah dari: Wikipedia
Koefisien Arsenal ternyata masih di atas Tottenham Hotspur. Gambar diolah dari: Wikipedia
Koefisien Arsenal ternyata masih di atas Tottenham Hotspur. Gambar diolah dari: Wikipedia
Jika dibandingkan secara sejarah, Arsenal dan Spurs seperti langit dan bumi. Tetapi, sepak bola seperti kehidupan. Ada perputaran di sana, yang artinya siapa yang pernah di atas tidak selamanya di atas, begitu pun sebaliknya.

Spurs yang setiap lawatannya ke laga Derbi London Utara menjadi inferior, secara perlahan berubah menjadi superior. Itu terbukti dari beberapa pertemuan terakhir dengan Arsenal yang memperlihatkan takadanya jarak kualitas antara keduanya.

Pertemuan sebelumnya. Gambar diolah dari: Fctables.com
Pertemuan sebelumnya. Gambar diolah dari: Fctables.com
Riwayat gol yang tercipta di derbi. Gambar diolah dari: Fctables.com
Riwayat gol yang tercipta di derbi. Gambar diolah dari: Fctables.com
Bahkan, Arsenal cenderung mulai kesulitan untuk mengalahkan Spurs. Itu semakin diperparah dengan performa Arsenal secara keseluruhan di tiap musim. Terakhir Arsenal mampu finis di atas Tottenham Hotspur adalah musim 2015/16, yaitu ketika mereka menjadi runner-up dan menonton pesta juara Leicester City.

Setelah itu Arsenal menjadi sangat labil. Hingga memengaruhi hasil akhir di tiap musimnya. Pencapaian terburuk tentunya pada musim 2019/20, yang menempatkan Arsenal di posisi 8.

Arsenal harus rela finis di bawah Tottenham Hotspur dalam 4 musim terakhir. Gambar diolah dari: Google/Arsenal/PremierLeague
Arsenal harus rela finis di bawah Tottenham Hotspur dalam 4 musim terakhir. Gambar diolah dari: Google/Arsenal/PremierLeague
Musim 2020/21 yang diharapkan menjadi titik balik adanya perbaikan justru masih memperlihatkan Arsenal yang pontang-panting. Mereka yang diharapkan hanya kalah dari dua klub terkuat, Manchester City dan Liverpool, nyatanya juga kewalahan saat menghadapi klub lain.

Akhirnya, sebelum derbi tersaji di Tottenham Hotspur Stadium (6/12), klub asuhan Mikel Arteta terdampar di posisi 14. Berbanding terbalik dengan Tottenham Hotspur yang saat ini berada di puncak klasemen sementara.

Memang, mereka "hanya" terpisah 8 poin dengan musim masih berjalan 10 pekan. Tetapi, secara mentalitas, keduanya jelas berbeda. Itu juga terlihat dari bagaimana performa kedua tim selama awal musim ini.

Jika ditilik dari progresnya, terlihat Spurs lebih meningkat dan stabil. Berbeda dengan Arsenal yang sangat labil. Bahkan, mereka memiliki hasil yang berbeda antara di liga domestik dengan kompetisi Eropa.

Performa Spurs. Gambar diolah dari: Fctables.com
Performa Spurs. Gambar diolah dari: Fctables.com
Performa Arsenal seperti perbukitan. Gambar: Fctables.com
Performa Arsenal seperti perbukitan. Gambar: Fctables.com
Arsenal di Liga Europa cenderung terlihat hebat, karena mampu menang 5 laga beruntun dan memuncaki klasemen grup. Berbeda dengan Spurs yang juga di Liga Europa, namun terlihat kesulitan meladeni kompetitor di grup seperti Antwerp dan LASK Linz.

Meski demikian, ketika kembali ke Premier League, situasinya berbeda. Justru, Spurs yang terlihat digdaya. Mengapa bisa demikian?

Ada kemungkinan bahwa target Spurs bersama Jose Mourinho musim ini adalah menjuarai Premier League untuk pertama kalinya di era baru. Walaupun, Mourinho berusaha merendah dengan menyebut timnya sebagai Kuda Poni, justru itulah yang menyiratkan bahwa Spurs sedang menjadi perhatian besar.

Melihat Kuda gagah dan mampu berlari kencang itu pasti biasa. Tetapi, melihat Kuda Poni yang bisa dijepret dan fotonya menjadi pengisi feed di media sosial, tentu akan istimewa.

Artinya, Spurs saat ini sedang mencoba mempercantik diri. Tentu, dengan gaya permainannya Mourinho, bukan seperti Jurgen Klopp, alih-alih Pep Guardiola. Tetapi, hal itu rasanya sudah cukup selama para pemain, suporter, dan tim manajemen percaya dengan visi Mourinho.

Bagaimana dengan Arsenal?

Arsenal kali ini datang ke kandang Tottenham sebagai tim yang bisa disebut inferior. Mereka tidak memiliki jaminan untuk pasti menang, walau bisa saja mereka memenangkan pertandingan di laga bertajuk 'big match' tersebut.

Hal itu seperti kala Arsenal bertandang ke Old Trafford--markas Manchester United, dan berhasil membungkam keberisikan kubu tuan rumah yang sebelumnya menang besar di Liga Champions. Artinya, Arsenal tetap punya peluang untuk menang di kandang Spurs seperti saat mengalahkan Manchester United (0-1).

Tetapi, bagaimana caranya?

Statistik performa kedua tim. Spurs terlihat punya potensi lebih baik untuk memenangkan derbi. Gambar diolah dari: Fctables.com
Statistik performa kedua tim. Spurs terlihat punya potensi lebih baik untuk memenangkan derbi. Gambar diolah dari: Fctables.com
Arsenal terlihat lemah dalam urusan mencetak gol. Gambar diolah dari: Fctables.com
Arsenal terlihat lemah dalam urusan mencetak gol. Gambar diolah dari: Fctables.com
Perbedaan mendasar dalam kunci memenangkan laga. Gambar diolah dari: Fctables.com
Perbedaan mendasar dalam kunci memenangkan laga. Gambar diolah dari: Fctables.com
Jika merujuk pada kejomplangan statistik mencetak gol antara kedua tim, maka ada kemungkinan Arsenal akan bermain bertahan. Mereka akan menduplikasi permainan yang biasanya diusung Mourinho kala berjumpa rival pesaing di klasemen.

Hanya, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana jika Spurs ternyata bermain terbuka seperti saat derbi London melawan Chelsea (0-0)?

Arsenal memang kali ini memiliki kemampuan bertahan yang cukup baik dibandingkan musim-musim sebelumnya. Namun, mereka juga harus berinisiatif untuk memenangkan pertandingan, alias tidak bergantung terus pada kemampuan bertahannya.

Itu menjadi pekerjaan berat ketika ternyata Spurs juga memiliki kemampuan bertahan yang baik. Mereka baru kebobolan 9 gol dan sudah mampu melesakkan 21 gol. Artinya, Arsenal harus menghadapi lini belakang alot, dan lini depan lawan yang tajam.

Klasemen sementara Premier League 2020/21 pekan 10. Gambar diolah dari: Google/Premier League
Klasemen sementara Premier League 2020/21 pekan 10. Gambar diolah dari: Google/Premier League
Apakah Arsenal mampu mengatasinya?

Pertanyaan itu kemudian dihadapkan pada terobosan baru dari taktik Mikel Arteta berdasarkan performa Arsenal di Liga Europa, yaitu ketika mereka menang 4-1 atas Rapid Wien (4/12).

Pada laga itu, Arteta menurunkan Alexandre Lacazette sebagai pemain di belakang penyerang utama, Eddie Nketiah. Hasilnya pun cukup bagus, khususnya di babak pertama, yang memperlihatkan dominasi Arsenal dan kerja keras Lacazette dengan posisi barunya.

Formasi baru Arteta dengan menurunkan Lacazette seperti berperan sebagai playmaker. Gambar: Google/Arsenal/UEL
Formasi baru Arteta dengan menurunkan Lacazette seperti berperan sebagai playmaker. Gambar: Google/Arsenal/UEL
Namun, akankah Arteta akan menurunkan formasi yang sama? Itulah yang akan dinantikan.

Apalagi, ini adalah laga derbi. Seharusnya, Arteta berani mematangkan formasi kejutannya itu dengan menurunkannya kembali di kandang Spurs.

Jika berhasil, maka laga derbi ini akan sesuai dengan harapan Aubameyang yang ingin menjadikan derbi ini sebagai titik balik. Arsenal boleh datang sebagai tim yang inferior, tetapi seharusnya mampu pulang sebagai tim terbaik di laga tersebut.

Sedangkan bagi Tottenham Hotspur, kedatangan Arsenal bisa menjadi ujian dalam mengukur seberapa tangguh mereka untuk menjadi calon juara Premier League musim ini. Termasuk mempertegas dominasi Mourinho yang sulit dikalahkan Arsenal di mana pun dia melatih.

Kira-kira, pembaca menjagokan tim mana yang akan menang? Atau, malah hanya berakhir imbang?

Menantikan hasil dari duel dua pelatih beda generasi. Gambar: via Goal.com
Menantikan hasil dari duel dua pelatih beda generasi. Gambar: via Goal.com
~ Malang, 4 Desember 2020

Deddy Husein S.

Terkait:

Antaranews.com, Goal.com, Tempo.co, Bola.net, FCTables.com.

Baca juga: Arsenal dan Prosesnya dengan Arteta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun