Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Membayangkan Joan Mir Menikung "Emak-emak Matic" di Jalanan

21 November 2020   14:44 Diperbarui: 22 November 2020   09:31 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joan Mir ganas di tikungan. Gambar: Motogp.com

Pasca menulis artikel tentang juara dunianya Joan Mir di kelas MotoGP 2020, saya membuat sebuah lelucon tentang Mir yang mengendarai motor di jalan raya Indonesia. Kemudian di situ ia harus bertemu dengan "emak-emak matic".

Apa yang akan terjadi? Bisakah Mir menyalip/menikung mereka?

Ternyata lelucon saya mendapatkan tanggapan dari teman. Teman pertama, mengatakan bahwa Mir pasti bisa menikung mereka. Itu karena Mir cenderung lebih hebat saat di tikungan daripada berduel cepat di trek lurus.

Secuil obrolan dengan teman di WA. Gambar: Dokumentasi Deddy HS
Secuil obrolan dengan teman di WA. Gambar: Dokumentasi Deddy HS
Jawaban itu memang cenderung kontekstual terhadap status Mir sebagai pembalap MotoGP. Artinya, pola pikir teman masih berkaitan dengan apa yang terjadi di lintas balapan.

Pemikiran itu tidak salah, karena memang kita melihat kemampuan Mir dari ajang tersebut. Rasanya cukup mustahil melihat Mir ada di jalan raya dengan mengendarai sepeda motor, apalagi di Indonesia.

Pembahasan terkait teknis di MotoGP pun sempat terjadi ketika si teman yang pertama ini membahas tentang Mir. Ia juga menyinggung tentang penggunaan ban dan pengaruhnya ke hasil balapan.

Setahu saya, pemilihan ban memang salah satu faktor keberhasilan pembalap di lintasan. Ada tiga hal yang menjadi pertimbangan pemilihan ban, khususnya di MotoGP.

Pertama, adalah gaya balap. Seorang pembalap biasanya memiliki gaya balap yang berbeda dengan pembalap lain. Itu juga membuat pilihan bannya terkadang sering berbeda antar pembalap.

Jorge Lorenzo dikenal sebagai pembalap kencang sedari start, dan itu karena pilihan bannya juga. Gambar: Motogp.com
Jorge Lorenzo dikenal sebagai pembalap kencang sedari start, dan itu karena pilihan bannya juga. Gambar: Motogp.com
Kita tentu masih ingat tentang Jorge Lorenzo. Dia adalah pembalap yang sering 'gas pol' sejak awal balapan. Itulah mengapa dia sering menggunakan tipe ban soft-soft.

Pilihan ban para pembalap di musim 2017, atau musim pertama Jorge Lorenzo dengan Ducati. Gambar: Twitter/Michelin_sport
Pilihan ban para pembalap di musim 2017, atau musim pertama Jorge Lorenzo dengan Ducati. Gambar: Twitter/Michelin_sport
Jarang sekali Lorenzo menggunakan tipe medium, apalagi hard. Hanya, ketika dia berpindah pabrikan, dia mulai mencoba tipe ban-ban tertentu. Namun tetap saja, Lorenzo identik dengan ban soft-soft.

Kedua, jenis mesin pada motor. Pada MotoGP terdapat dua jenis mesin yang bersaing, yaitu V4 dan in-line 4.

Ada Ducati, Honda, Aprilia, dan KTM yang menggunakan mesin V4. Sedangkan Yamaha dan Suzuki menggunakan mesin in-line 4.

Dua jenis mesin di MotoGP, kiri inline 4, kanan v4. Gambar: Motogp.com
Dua jenis mesin di MotoGP, kiri inline 4, kanan v4. Gambar: Motogp.com
Dua jenis mesin itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Mesin V4 identik dengan kecepatan di trek lurus. Jika beradu cepat dengan motor Ducati atau Honda, menyerah saja. Tetapi, mereka punya kesulitan di tikungan.

Itulah yang kemudian menjadi kelebihan mesin in-line 4. Yamaha dan Suzuki punya kelebihan di tikungan. Namun, khusus pada musim 2020 ini, Suzuki terlihat komplit.

Mereka lihai di tikungan, juga kencang di trek lurus, alias tidak kalah dengan Ducati dan lainnya. Bahkan, mereka seperti sangat berbeda dengan Yamaha yang kali ini terlihat hanya mengandalkan pemilihan ban dan strategi kabur cepat pasca start.

Itulah yang membuat Maverick Vinales, Fabio Quartararo, dan Franco Morbidelli masih dominan dalam memenangkan seri. Bahkan, dua nama terakhir mampu memenangkan masing-masing 3 seri.

Hasil itu sedikit kontras dengan fakta kemampuan mesin mereka yang keteteran dalam hal beradu cepat dan daya tahan. Terbukti, Yamaha musim ini harus bermasalah dengan penggunaan mesin.

Namun, seperti yang disinggung sebelumnya, bahwa pembalap Yamaha sangat mengandalkan pemilihan ban. Mereka cenderung hati-hati dalam memilih ban.

Pilihan ban saat dry race (slick) dan wet race (rain) musim 2019. Gambar: via Motorplus-online.com
Pilihan ban saat dry race (slick) dan wet race (rain) musim 2019. Gambar: via Motorplus-online.com
Biasanya mereka tidak pernah lepas dari pilihan medium-medium, medium-soft, dan soft-soft. Semakin keras komponen ban, maka semakin lama daya tahannya sekaligus semakin butuh banyak putaran untuk membuat bannya sangat mencengkeram aspal.

Berhubung Yamaha tidak begitu kencang, maka akan sulit untuk membuat putaran ban sangat banyak, alias memanaskan suhu ban. Ini berbeda dengan motor-motor lain khususnya dengan mesin V4.

Motor-motor tersebut punya daya serang yang tinggi, maka penggunaan bannya juga tergolong boros. Itulah mengapa, pemilihan hard-medium dan hard-soft sering terjadi pada motor Ducati dan Honda.

Akan menjadi keunikan dan tanda tanya, jika ada pembalap dari motor tersebut memiliki medium-medium hingga medium-soft saat suhu aspal cukup tinggi dan cuaca cerah. Hal ini seperti yang terjadi pada balapan Valencia kemarin (15/11).

Ada Jack Miller yang merupakan pembalap Pramac Ducati, ternyata memilih medium-medium. Padahal, pembalap lain banyak menggunakan hard-medium.

Namun, pemilihan itu ternyata tidak menjadi blunder. Karena, Miller ternyata mampu mengelola bannya dan membuatnya masih bisa menyaingi kecepatan Morbidelli di akhir putaran. Beruntung, Morbidelli masih mampu menyalip kembali Miller di tikungan, dan sejak itu dia berhasil melewati garis finis pertama.

Momen upaya Jack Miller merebut posisi terdepan yang ditempati Franco Morbidelli. Gambar: Motogp/Trans7/Useetv
Momen upaya Jack Miller merebut posisi terdepan yang ditempati Franco Morbidelli. Gambar: Motogp/Trans7/Useetv
Meski demikian, kita juga perlu angkat topi kepada Miller. Karena di balapan itu, ia terlihat sangat bijak, alias tidak grusa-grusu. Bahkan, ketika dia akhirnya gagal menyabotase posisi pertama, dia memilih legawa untuk finis kedua.

Berdasarkan fakta di balapan itu, kita bisa melihat dua contoh langsung dari pemilihan ban. Gaya balap dan jenis motornya.

Ketiga, suhu aspal. Suhu aspal sangat berkaitan dengan cuaca. Jika mendung, maka suhu aspal akan cukup dingin, meski tidak hujan. Maka, pemilihan ban tipe hard akan sangat jarang terjadi.

Sebelum balapan, ada keterangan cuaca dan suhu (udara/lintasan). Gambar: Motogp/Trans7/Useetv
Sebelum balapan, ada keterangan cuaca dan suhu (udara/lintasan). Gambar: Motogp/Trans7/Useetv
Berbeda dengan cuaca cerah dan terik. Saat seperti itu, suhu aspal sangat panas. Akan menjadi konyol, jika ada pembalap yang nekat menggunakan ban soft-soft.

Kita mendapatkan informasi penggunaan ban pada pembalap saat momen kemunculan posisi start. Gambar: Motogp/Trans7/Useetv
Kita mendapatkan informasi penggunaan ban pada pembalap saat momen kemunculan posisi start. Gambar: Motogp/Trans7/Useetv
Pada awal balapan memang akan sangat tepat, karena ban cepat menjejak pada aspal. Namun, akan sampai kapan si pembalap berada di kecepatan terbaiknya?

Ini akan berbeda jika pembalap menggunakan tipe medium dan tentunya hard. Pilihan hard-hard akan sangat bijak, karena ada jaminan daya tahan pada motor di kecepatan terbaik.

Namun, tidak menutup kemungkinan ada yang memilih ban hard-medium. Ini bisa terjadi pada pembalap yang menggunakan motor mesin in-line 4.

Pilihan ban Alex Rins saat balapan di Valencia (15/11). Gambar: Motogp/Trans7/Useetv
Pilihan ban Alex Rins saat balapan di Valencia (15/11). Gambar: Motogp/Trans7/Useetv
Pilihan ini cenderung tricky. Pada satu sisi, memilih ban belakang tipe medium untuk sadar diri terhadap kemampuan mesin dalam memanaskan suhu ban. Tetapi, di sisi lain belum tentu bisa membuat daya tahan ban awet menjelang akhir balapan.

Artinya, dalam hal pemilihan ban ini sangat krusial dan bisa mempengaruhi kemampuan pembalap di atas lintasan. Pilihan ban juga bisa mempengaruhi kecepatan saat menikung.

Biasanya semakin aus ban, pembalap cenderung mengambil sudut tikungan yang lebar. Begitu pula jika ban masih baru alias belum menyetel dengan aspal, maka motor bisa susah dikendalikan, dan bisa tergelincir ketika menikung. Artinya, pembalap tidak hanya asal memacu motornya dengan kencang, melainkan juga tahu cara mengelola bannya selama balapan.

Mir salip Rossi di tikungan, San Misano. Gambar: via Kompas.com
Mir salip Rossi di tikungan, San Misano. Gambar: via Kompas.com
Saat seperti ini, kita perlu menengok kembali ke Joan Mir. Dia yang masih mampu menikung tajam ketika balapan tersisa beberapa putaran saja, itu pertanda bahwa dia sangat bagus dalam memilih dan mengelola ban.

Itulah mengapa kejadian di San Misano terjadi, dan dari situ dia terlihat sangat berbahaya kalau mulai mendekati pembalap lain di akhir-akhir putaran. Bisa saja pembalap itu akan dipecundangi oleh Mir saat di tikungan.

Lalu, bagaimana jika kita mengandaikan Mir ada di jalan raya Indonesia dan bertemu 'emak-emak matic'?

Kocak! :D Gambar: Dokumentasi Deddy HS
Kocak! :D Gambar: Dokumentasi Deddy HS
Menurut teman saya lainnya, Mir akan mendapatkan omelan dari emak-emak. Mereka akan membuat Mir sebagai pihak yang salah dan harus merasa bersalah.

Jika sudah demikian, maka Mir bisa menjadi pembalap "cupu", karena dia menjadi trauma kalau harus menyalip orang lain di tikungan. Dia harus menunggu momen di trek lurus untuk baru bisa beradu cepat dengan pembalap lain.

Persoalannya adalah bagaimana jika lawannya ternyata pembalap Ducati atau Honda, dan Marc Marquez? Bisakah Mir menyalip di trek lurus?

Itulah yang menjadi teka-teki untuk Mir di musim depan. Dan, mari berharap Mir tidak iseng ke Indonesia tanpa pengawalan saat mencoba motor pasarannya Suzuki. Dia harus menunggu momen roadshow agar terhindar dari 'emak-emak matic' di jalan raya. Ehehe.

~ Malang, 17-21 November 2020

Deddy Husein S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun