Itulah yang sebenarnya tertangkap dari sepak terjang Anis Hidayatie. Dia seperti mutiara yang pernah dipuja lalu kembali bangkit setelah terbenam di dasar samudera yang dalam.
Namun, kebangkitannya itu justru semakin bersinar walau sudah 'berkepala lima'. Itu juga yang membuat para muda-mudi cukup tertohok ketika melihat diri sendiri masih belum bersemangat di literasi alias pencerdasan.
Lalu, apakah kita bisa menjadi Anis Hidayatie? Sangat bisa. Justru, meniru sosok yang masih cenderung underground seperti Anis Hidayatie akan memudahkan kita dalam membangun dan mengelola semangat.
Berbeda ceritanya jika kita sudah telanjur menemukan sosok inspiratif yang sudah sangat besar. Maka, kita akan sulit untuk menemukan titik-titik terendahnya orang tersebut.
Itu artinya, kita seperti sedang berupaya menjadi dewa. Padahal, untuk menjadi Capung, burung, hingga Elang saja kita belum bisa. Lalu, bagaimana agar bisa abadi di atas sana?
Itulah alasan di balik upaya menulis tentang Anis Hidayatie sebagai sosok inspiratif. Menurut penulis, lebih baik mengungkapkan sosok yang masih bisa dijangkau daripada sosok yang sudah mengawang-awang.
~ Malang, 17 November 2020
Deddy Husein S.
Sisipan:
Zenius.net, Kominfo.go.id, Databoks.katadata.co.id, Kompas.com.