Seri ke-13 MotoGP telah digelar di sirkuit Ricardo Tormo di Valencia, Spanyol (15/11). Balapan itu mengeluarkan Franco Morbidelli sebagai juara seri. Namun, usaha kerasnya tidak mampu membendung langkah Joan Mir untuk menjadi juara dunia MotoGP 2020.
Hal itu dikarenakan Mir mampu meraih poin yang cukup untuk bersaing dengan pembalap kompetitor. Sebenarnya, pesaing paling dekat adalah Fabio Quartararo dan Alex Rins. Namun, keduanya tidak mampu meraih poin minimal 13 poin lebih banyak dari Mir.
Saat seperti ini Mir hanya perlu menjaga jarak, alias tidak perlu menang. Bahkan, ia juga tidak perlu finis di podium. Berbeda dengan dua pembalap tersebut, apalagi Franco Morbidelli.
Pembalap Italia itu justru berjarak paling banyak, yaitu 45 poin ketika seri ini digelar dan hanya menyisakan satu seri lagi di Portimao, Portugal. Namun, jika melihat posisi start-nya, justru Morbidelli yang paling potensial untuk menjaga asa agar Mir tidak berpesta dulu di Valencia.
Apa spesialnya Joan Mir?
Pertama, dia terlihat selalu fokus ketika menjalani setiap seri. Kunci pertama nan krusial itu dimiliki Mir sejak dia mulai tahu potensinya di kejuaraan pada seri ke-4 yang digelar di Red Bull Ring, Austria (16/8).
Pada balapan itu Mir mampu finis kedua. Ia memperlihatkan kemampuannya dalam menyalip dan berduel dengan pembalap lain yang lebih duluan berada di posisi lebih baik darinya.
Berkat keberhasilan itu, ia mulai terbiasa menjalani balapan dengan harus menyalip pembalap lain yang mampu melakukan start lebih baik darinya. Kebetulan, ada satu masalah yang dimiliki Suzuki selama musim ini, yaitu motornya kesulitan untuk mencatatkan waktu tercepat di sesi kualifikasi.
Akibatnya, dua pembalap Suzuki, Mir dan Rins, selalu harus berjuang keras mengawali balapan dan menjaga fokus dalam mencari peluang untuk menaklukkan lawannya. Fokus inilah yang ternyata dimiliki oleh Mir dan membuatnya bisa meraih hasil yang lebih baik dari Rins sejak Red Bull Ring sampai Le Mans, Prancis (11/10).
Saat seri Le Mans, memang Mir hanya mampu finis ke-11, tetapi itu lebih baik dari Rins yang malah jatuh dan tanpa poin. Ketika dia tahu bahwa motornya sedang tidak bagus atau dirinya yang gagal memaksimalkan kekuatan motornya di sirkuit tersebut, maka dia memilih mencari hasil minimal yang bisa diraih.
Kedua, kesabaran. Dibandingkan Rins, Mir cenderung lebih sabar. Padahal jika dilihat secara performa, sebenarnya Rins lebih cepat daripada Mir. Tetapi, Rins kurang sabar. Itu terlihat dari bagaimana ia menjalani seri Red Bull Ring dan Le Mans.
Pada dua seri itu, Rins mampu berada di posisi yang lebih baik dari Mir. Tetapi, di saat yang sama dia malah jatuh ketika mendapatkan kesempatan untuk memimpin balapan atau sedang di kecepatan terbaiknya.
Hal ini yang membuat Rins kehilangan banyak peluang, sedangkan Mir berupaya mengeruk peluang-peluang terbaiknya. Caranya adalah dengan kesabaran, alias tahu momentum.
Kapan harus menyalip dan kapan harus mengikuti pembalap lain. Hal ini yang ditunjukkan oleh Mir dan menjadi modalnya untuk dapat meraih banyak poin sampai akhirnya mampu mengudeta puncak klasemen dari Fabio Quartararo.
Contoh paling membekas adalah ketika dia mampu melewati Valentino Rossi di situasi terakhir untuk merebut podium ketiga di San Marino (13/9). Itu membuat penggemar Rossi gagal melihat Rossi kembali menjejakkan kaki di podium pasca seri Andalusia (26/7).
Padahal, jika Rossi meraih podium itu, maka akan ada trio Italia yang finis podium di San Misano, yaitu Franco Morbidelli (1), Francesco Bagnaia (2), dan seharusnya Rossi. Namun, karena aksi penyalipan yang dilakukan Mir, membuat Rossi harus puas finis ke-4.
Uniknya, sejak itu Rossi gagal meraih poin di 6 seri selanjutnya, sampai MotoGP Europa (8/11). Berbeda dengan Mir yang malah semakin konsisten meraih poin dan di seri Europa, Mir sukses meraih juara seri pertamanya.
Pasca kemenangan perdana itu, Mir semakin kokoh di puncak klasemen. Kemenangan itu juga membuat Suzuki untuk pertama kalinya finis 1-2 di era modern. Juga membuat Suzuki merangkai 4 kali podium ganda.
Sebenarnya, semua pembalap pasti akan lebih keren jika mampu menyalip pembalap lain di tikungan, namun tidak semua pembalap mampu melakukannya di momen yang tepat. Itulah yang ditunjukkan oleh Mir.
Terbukti, aksi menyalip yang dilakukan Mir gagal dilakukan oleh Takaaki Nakagami ketika berupaya menyalip Pol Espargaro di tikungan akhir. Padahal, Mir bisa melakukannya, tetapi Nakagami tidak.
Itulah yang membuat Mir sangat pantas disebut sebagai si 'tukang tikung'. Berkat kelihaiannya menikung, dia juga mampu menikung prediksi para penonton MotoGP--bahkan Marc Marquez--yang awalnya mengira Fabio Quartararo dan Yamaha yang akan berpesta di musim penuh kejutan ini.
Pada kenyataannya, yang berpesta justru Joan Mir dan Suzuki. Kini, Mir adalah sang juara dunia MotoGP 2020 dan ia patenkan di sirkuit Valencia, yaitu di tanah airnya, Spanyol.
Pencapaian ini membuat Joan Mir bersanding dengan Jorge Lorenzo dan Marc Marquez, sebagai peraih juara dunia MotoGP asal Spanyol sejak musim 2012 hingga musim 2020 ini. Artinya, tanpa Jorge Lorenzo dan bahkan Marc Marquez, Spanyol masih memiliki juara dunia, dan kali ini dimiliki oleh Mir bersama konstruktor yang bisa dikatakan kuda hitam, Suzuki.
~ Malang, 15 November 2020
Deddy Husein S.
Terkait:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H