Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Alasan Arsenal Babak Belur

9 November 2020   09:58 Diperbarui: 9 November 2020   10:02 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bernd Leno berduel dengan lawan. Gambar: Pool via Reuters

Pertandingan terakhir di pekan ke-8 menyajikan duel antara Arsenal vs Aston Villa di Emirates Stadium, London (9/11). Laga itu juga mempertemukan dua tim yang awalnya berposisi atas-bawah.

Aston Villa masih di atas Arsenal dengan hanya berjarak 1 poin. Itu terjadi karena, mereka sempat mengalami tren buruk di dua laga terakhir.

Sedikit berbeda dengan Arsenal yang kembali menemukan momentum pasca kemenangan penting atas Manchester United di Old Trafford. Artinya, jika bermain tandang saja bisa memetik hasil ideal, maka di kandang seharusnya bisa.

Namun, pada kenyataannya hal itu urung terjadi. Malah, Aston sejak awal sudah tancap gas.

Mereka sempat unggul cepat walau dianulir. Namun, di paruh babak pertama, mereka akhirnya unggul terlebih dahulu setelah Bukayo Saka mencetak gol bunuh diri. Skor sementara 0-1 sampai babak pertama berakhir.

Melihat keadaan seperti itu, ada keyakinan bahwa Arsenal akan tampil menyerang total untuk mencari gol-gol. Indikasinya terlihat dengan keberanian Mikel Arteta mengganti Thomas Partey dengan Dani Ceballos di menit pertama babak kedua.

Masuknya Ceballos ada keinginan untuk bermain lebih kreatif dalam menyerang. Hal ini tidak lepas dari contoh laga Arsenal saat melawan West Ham United yang memperlihatkan peran krusial Ceballos dan memberikan umpan-umpan akurat ke dalam kotak penalti.

Namun, misi adalah misi. Terkadang tidak sedikit misi yang gagal terwujud. Ini juga terjadi pada Arsenal.

Mereka berupaya menyerang, tapi tidak kunjung akurat ke arah gawang Aston Villa. Menariknya, gawang Aston Villa kini diperkuat oleh Damian Emiliano Martinez, mantan pemain Arsenal musim lalu.

Ini menjadi kali pertama ia "pulang" ke Emirates Stadium, setelah awal September turut berpesta pasca meraih Community Shield di Wembley. Meski demikian, ia tetap fokus menjalani laga ini.

Aston Villa sangat berbahaya dalam memanfaatkan peluang. Gambar: Pool via Reuters
Aston Villa sangat berbahaya dalam memanfaatkan peluang. Gambar: Pool via Reuters
Begitu pun dengan rekan setim. Para pemain Aston Villa sangat meladeni permainan Arsenal yang semakin terbuka.

Terbukanya permainan Arsenal membuat keuntungan tersendiri bagi Aston Villa. Mereka justru dapat menemukan celah untuk menciptakan peluang.

Hasilnya, The Villans sukses menambah dua gol lagi, dan membuat mereka unggul 0-3 sampai pertandingan berakhir. Sungguh tragis bagi Arsenal.

Sedangkan bagi Aston Villa, ini adalah hasil yang tepat untuk memperbaiki posisi setelah sempat bersama Everton menghuni dua teratas. Mereka juga telah berupaya membuktikan diri, bahwa kemenangan telak terhadap Liverpool dengan skor 7-2 bukan sepenuhnya kejutan.

Mereka memang berbahaya jika diberi kesempatan menyerang dengan cepat. Eksekusi-eksekusi spekulatif juga tidak jarang mereka lakukan. Itulah yang membuat mereka seharusnya tidak diberi kesempatan untuk membuat peluang.

Selain itu, jika fokus pada pertandingan di Emirates Stadium ini, permasalahan terbesar bagi tuan rumah adalah akurasi peluang. Mereka sebenarnya masih bisa mengkreasikan peluang, tetapi akurasinya yang sangat minim.

Itu berbanding terbalik dengan Aston Villa yang lebih efektif. Koordinasi pertahanan juga menjadi faktor lainnya--tidak rapat, walau Arsenal sebenarnya masih cukup bagus.

Tetapi, ketika ada sebuah tim yang berupaya mencari gol karena tertinggal lebih dulu, dan bermain di kandang--walau tanpa penonton, maka akan ada kebingungan. Itulah yang terjadi pada Arsenal.

Mereka bingung untuk bermain. Jika terus menyerang, ternyata tidak sepenuhnya akurat. Imbasnya, justru fokus bertahan mereka menjadi berkurang.

Walaupun, stadion saat ini tidak ada penonton, namanya rumah tetaplah rumah. Semua klub wajib bermain lebih inisiatif, dominan, dan tentunya dapat meraih hasil maksimal.

Tetapi, itu justru menjadi permasalahan bagi Arsenal. Mereka ingin dominan, tapi tidak ada penguasa di lini tengah yang mampu mengatur tempo bermain.

Begitu pula di depan. Tidak ada keefektifan di sana, ketika peluang sebenarnya tidaklah sedikit. Ini seperti saat mereka bertandang ke Old Trafford.

The Gunners sebenarnya bisa menang dengan skor lebih banyak, tetapi itu urung terjadi karena minim efektivitas di kotak penalti lawan. Namun, karena bermain tandang, gaya main oportunis sangat sah dilakukan.

Sangat berbeda jika bermain di kandang. Ada kewajiban laten, bahwa tim tuan rumah harus bermain lebih bagus--semua lininya--dari lawan.

Sayangnya, Arsenal tidak memiliki itu. Mereka bagus di tengah saat bertahan, juga lini belakangnya yang cukup solid. Tetapi, tidak demikian di lini depan.

Arsenal mengandalkan kekuatan di lini belakang, tapi sepak bola juga harus menyerang dan mencetak gol. Gambar: Pool via Reuters
Arsenal mengandalkan kekuatan di lini belakang, tapi sepak bola juga harus menyerang dan mencetak gol. Gambar: Pool via Reuters
Alhasil, kekalahan telak seperti ini yang terjadi. Mereka tidak mampu memainkan keunggulan mereka--bertahan kuat, dan berupaya mendominasi lawan tapi tidak efektif.

Faktor terakhir yang bisa mempengaruhi hasil buruk Arsenal adalah performa lini depannya yang--dengan cepat--drop setelah beberapa laga awal musim terlihat menjanjikan. Ini tidak hanya pada Aubameyang, tapi juga pada Lacazette, dan Willian.

Ini memang bisa dikarenakan mereka tidak memiliki penyokong dari tengah--playmaker, yang membuat bola bisa tinggal 'guyur' di depan gawang lawan. Namun, hal itu juga bisa dibantah dengan preferensi dari Liverpool.

Dua musim terakhir (2018-2019), Liverpool sangat berbahaya meski tidak ada playmaker. Alasannya adalah kerja sama trio penyerangnya.

Mereka ada Sadio Mane yang mampu melayani juga mengeksekusi peluang. Hal ini seharusnya bisa juga ditiru perannya oleh Willian.

Artinya, bermain tanpa playmaker juga bukan persoalan besar. Lagipula, Arteta sudah cukup terbantu dengan formasi 3-4-3.

Mikel Arteta harus memikirkan banyak rencana untuk timnya jika terdapat masalah di satu rencana. Gambar: Pool via Reuters
Mikel Arteta harus memikirkan banyak rencana untuk timnya jika terdapat masalah di satu rencana. Gambar: Pool via Reuters
Itulah yang membuat Arsenal seharusnya tidak terlalu mempermasalahkan itu. Walaupun di sisi lain, memang seharusnya Arsenal memiliki seorang pemain yang seratus persen adalah playmaker.

Itu juga yang sedang diupayakan Liverpool saat ini, yaitu memiliki dua bentuk permainan. Bermain tanpa playmaker dan dengan playmaker.

Tetapi, Arsenal seharusnya tidak hanya berlatih membangun serangan, melainkan berlatih mengefektifkan peluang. Tidak hanya bagi penyerang, tapi juga untuk para pemain lainnya.

Saka pun harus belajar efektif dalam mengeksekusi peluang. Gambar: Pool via Reuters
Saka pun harus belajar efektif dalam mengeksekusi peluang. Gambar: Pool via Reuters
Jika hal itu sudah dilakukan, maka setiap ada peluang, Arsenal pasti memiliki persentase mencetak gol lebih tinggi dibandingkan sekarang. Semoga itu yang akan diperbaiki Arsenal ke laga-laga selanjutnya.

~ Malang, 9 November 2020
Deddy Husein S.

Kompas.com dan Bola.net.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun