The Gunners sebenarnya bisa menang dengan skor lebih banyak, tetapi itu urung terjadi karena minim efektivitas di kotak penalti lawan. Namun, karena bermain tandang, gaya main oportunis sangat sah dilakukan.
Sangat berbeda jika bermain di kandang. Ada kewajiban laten, bahwa tim tuan rumah harus bermain lebih bagus--semua lininya--dari lawan.
Sayangnya, Arsenal tidak memiliki itu. Mereka bagus di tengah saat bertahan, juga lini belakangnya yang cukup solid. Tetapi, tidak demikian di lini depan.
Faktor terakhir yang bisa mempengaruhi hasil buruk Arsenal adalah performa lini depannya yang--dengan cepat--drop setelah beberapa laga awal musim terlihat menjanjikan. Ini tidak hanya pada Aubameyang, tapi juga pada Lacazette, dan Willian.
Ini memang bisa dikarenakan mereka tidak memiliki penyokong dari tengah--playmaker, yang membuat bola bisa tinggal 'guyur' di depan gawang lawan. Namun, hal itu juga bisa dibantah dengan preferensi dari Liverpool.
Dua musim terakhir (2018-2019), Liverpool sangat berbahaya meski tidak ada playmaker. Alasannya adalah kerja sama trio penyerangnya.
Mereka ada Sadio Mane yang mampu melayani juga mengeksekusi peluang. Hal ini seharusnya bisa juga ditiru perannya oleh Willian.
Artinya, bermain tanpa playmaker juga bukan persoalan besar. Lagipula, Arteta sudah cukup terbantu dengan formasi 3-4-3.
Itu juga yang sedang diupayakan Liverpool saat ini, yaitu memiliki dua bentuk permainan. Bermain tanpa playmaker dan dengan playmaker.