Namun, dengan alasan itu, kita menjadi tahu bahwa pihak pemerintah dan Polri tidak percaya dengan kepatuhan masyarakat bola. Mereka juga tidak berani memberikan tanggung jawab kepada masyarakat bola untuk memastikan bahwa mereka bisa diajak mencegah penyebaran virus corona dengan latar belakang sepak bola.
Pencegahan memang bagus. Tetapi, pada akhirnya pencegahan itu seperti terlihat sebagai menunda sesuatu yang bisa menjadi permasalahan di kemudian hari.
Bahkan, walaupun nantinya akan ada vaksin covid-19, itu juga belum tentu memberikan jaminan bahwa penyebaran virus akan terkendali. Bahkan, bisa saja malah terjadi kesembronoan, karena merasa sudah mendapatkan vaksin, berarti sudah bebas.
Padahal, keberadaan covid-19 ini bukan hanya menyasar pada problematika kesehatan, tetapi juga pola hidup secara luas. Seperti ekonomi juga gaya hidup.
Selain fanatisme yang identik pada kelompok suporter, kita juga perlu memperhatikan kebandelan. Kebandelan ini tidak hanya pada suporter, tetapi juga pada pemain, pelatih, wasit, dan pihak-pihak yang bersentuhan langsung dengan sepak bola.
Kita perlu berkaca pada apa yang terjadi di luar negeri. Para pemain bisa terkena covid-19, karena mereka tidak menjaga ruang interaksinya.
Hindari membuat pesta kecil-kecilan yang sebenarnya (maaf) tidak penting, seperti ulangtahun. Usia bertambah itu berarti jatah nyawa berkurang, jadi buat apa dirayakan?
Kalau hanya dijadikan momen berdoa bersama keluarga itu bagus. Berarti menjadikan momen ulangtahun sebagai kesakralan dalam memaknai hidup. Jangan malah menjadi ajang pamer hadiah mobil.
Artinya, jika Liga 1 sah digulirkan pada Februari 2021, maka pihak penyelenggara harus mewajibkan para pemain berada di lingkup yang dijangkau oleh pengawasan klub--penerapan bubble pertama. Para pemain, klub, dan penyelenggara juga harus transparansi dalam mengevaluasi ruang interaksinya selama kompetisi.
Belajar pula dari apa yang terjadi di Eropa, sepak bola Indonesia juga harus memiliki standar pemeriksaan terkait kasus covid-19 yang sesuai standar yang diberlakukan AFC. Jangan sampai, jika nanti ada klub Indonesia bermain di level Asia, mereka mendapatkan hasil tes yang berbeda dengan hasil tes di liga domestik.