Pelatih juga baru bisa sedikit berbenah di babak kedua lewat evaluasi singkat di jeda turun minum. Namun lagi-lagi, pelatih tidak akan tahu bagaimana praktiknya.
Menang atau kalah adalah bonus dari apa yang sudah pelatih lakukan kepada skuadnya. Tentu, semua pemain ingin menang. Tetapi, bagaimana jika pada kenyataannya di antara pemain itu ada yang tidak fokus?
Itulah sebenarnya yang menjadi permasalahan laten di dalam pemain. Terkadang, ada pemain yang mampu bermain baik dalam satu pertandingan atau sebaliknya.
Juga ada pemain yang bagus hanya di satu babak, yang artinya pemain ini harus diidentifikasi menit bermainnya. Saat seperti itu, pelatih punya kesempatan memperbaiki komposisi pemain di lapangan.
Namun, terkadang pelatih harus berkompromi dengan keputusan dalam penyusunan dan pergantian pemain. Tentang ini, tentu hanya seorang pelatih yang bisa mengonfirmasinya.
Selain itu, pelatih juga harus memiliki "kartu As" pada setiap pertandingan. Kartu itu bisa ditempatkan pada pemain-pemain yang berbeda.
Misalnya, ketika di laga PSG vs Man. United. Pada laga itu, kita bisa menemukan kartu As Man. United ada pada Axel Tuanzebe.
Apakah berarti Tuanzebe akan selalu menjadi kartu As-nya Ole?
Jawabannya bisa dilihat dari laga kemarin kontra Istanbul Basaksehir (5/11). Di situ, Tuanzebe bermain seperti "pemain normal", bukan senjata rahasia lagi.
Lalu, di manakah kartu As Ole?
Hanya Ole yang tahu. Dialah yang bisa mencari pemain lain yang dapat menjadi pemain 'kejutan' di laga itu.