Bagaimana dengan Everton?
Everton tetap bermain seperti di babak pertama. Mereka masih berupaya sebagai tim yang reaktif dibandingkan aktif. Namun, kali ini penebaran ancamannya lebih mengkhawatirkan bagi pertahanan Liverpool.
Faktor utamanya adalah tidak adanya Virgil van Dijk. Kehilangan pemain ini sama seperti kehilangan tembok tinggi nan tebal. Tidak ada yang bisa memenangkan duel udara ketika Everton memiliki kesempatan di bola-bola atas.
Adanya Dominic Calvert-Lewin seperti menjadi momok pertahanan Liverpool, karena tidak ada yang kuat menekan pengambilan posisi Calvert-Lewin. Gol kedua Everton adalah bukti nyata dari ancaman striker timnas Inggris tersebut.
Penulis mengatakan itu adalah kualitasnya Everton. Mereka memang masih belum seperti levelnya Liverpool yang bisa memainkan sepak bola yang lebih kompleks, tetapi apa yang dilakukan Everton sudah bagus.
Bisa saja ada yang mengatakan bahwa Everton beruntung melawan Liverpool yang tanpa Alisson dan van Dijk, namun hal itu adalah bagian dari konsekuensi setiap klub. Liverpool memang sedang punya masalah, tetapi belum tentu lawannya hanya memanfaatkan masalah mereka.
Berdasarkan apa yang diperagakan Everton di laga ini, penulis melihat bahwa Everton memang sudah berupaya membuat pertandingan seperti itu. Sengit di area tengah dan tidak segan untuk mengganggu penguasaan bola, bahkan di area rawan seperti di depan kotak penalti.
Apa yang mereka lakukan tentu bukan tanpa risiko. Seperti momen tendangan bebas yang diambil Trent Alexander-Arnold.
Melihat eksekusinya yang bagus tentu itu adalah ancaman besar bagi Everton. Tetapi, Everton sudah siap dengan Pickford yang diandalkan untuk menghadapinya.
Artinya, Liverpool juga sebaiknya melakukan hal yang sama. Mereka harus siap mengambil konsekuensi dari masalah apa yang mereka lakukan atau yang dialami di laga tersebut.