Seandainya saya berulangtahun pada 11 Oktober, maka saya akan menganggap hasil balapan di Le Mans adalah surprise. Ditambah jika merujuk pada tulisan sebelumnya, maka semua tebakan melenceng.
Namun, di sisi lain beberapa nama yang diulas--di tulisan tersebut--sebenarnya memiliki kedekatan terhadap hasil balapan. Seperti Danilo Petrucci yang memang menjadi favorit jika balapan berlangsung basah.
Nama yang mendekati lainnya adalah Johann Zarco. Meski tidak menyentuh podium, tetapi ia adalah pebalap Prancis terdepan yang finis di posisi ke-5. Ini jauh lebih baik dari posisi ke-8 dari jagoan Prancis saat ini, Fabio Quartararo.
Pebalap lain yang tersisa hanya ada Andrea Dovizioso. Ia masih mampu finis ke-4 walau sudah berusaha sekuat tenaga untuk finis di podium menemani Petrucci.
Selepas dari 3 pebalap itu, tidak ada yang sepenuhnya diduga akan menjejakkan kaki di podium. Satu nama yang seratus persen beraroma kejutan adalah Alex Marquez. Siapa yang mengira ia akan finis kedua?
Alex bahkan tidak masuk di kualifikasi kedua, yang artinya ia memulai balapan di luar posisi 12 besar. Namun, faktor balapan yang digelar dalam kondisi basah membuat semua pebalap bermesin gahar, seperti Ducati, KTM, hingga Aprilia--dengan Bradley Smith--pun mendapatkan keuntungan.
Honda rupanya tak mau ketinggalan, karena Cal Crutchlow berhasil start dengan bagus dan cukup konsisten mengejar barisan terdepan. Begitu juga Alex Marquez, yang terlihat berupaya mengikuti ritme balap Crutchlow.
Namun, faktanya berbeda. Justru Alex Marquez yang terlihat mulai menemukan ritme balapnya sendiri. Petaka kemudian hadir pada kubu Honda ketika Crutchlow tersungkur.
Akhirnya, hanya ada Alex di depan. Jarak yang awalnya masih cukup jauh dengan Pol Espargaro yang "menyegel" posisi kelima, secara perlahan mulai terpangkas.
Namun, publik masih fokus dengan adegan pemburuan podium yang dilancarkan oleh Alex Rins. Pada suatu momen, ia berhasil merusak barisan rapi trio "semut merah". Apa yang ia lakukan cukup berpengaruh dengan situasi balapan.
Miller harus DNF karena motornya mogok, sedangkan Rins "terpeleset". Ini mengingatkan saya pada balapan yang sempat dipimpin oleh Rins, namun ia harus terpeleset karena kehilangan ketenangan. Sungguh mengecewakan.
Apa yang terjadi pada dua pebalap itu kemudian memberi suntikan semangat bagi pebalap lain untuk mengejar duo Ducati. Namun, Petrucci terlihat lebih brilian, karena ia mampu melepaskan diri dari kejaran para pebalap lain.
Berbeda dengan Dovi yang akhirnya harus dikeroyok oleh Pol Espargaro dan Alex Marquez. Pol yang terlihat kesulitan mencari celah dari si "Unemployed" itu malah disalip oleh Alex. Alex pun seolah mengajari Pol bagaimana mengalahkan Dovi.
Dovi yang mulai kehabisan daya cengkeram pada bannya akhirnya menyerah dari pertarungannya dengan Alex. Suatu keputusan yang patut diacungi jempol kepada Alex, karena ia bermanuver di bagian tikungan bukan di trek lurus.
Saat seperti itulah, Dovi tak mampu berbuat banyak. Hal ini kemudian ditiru oleh Pol yang akhirnya sukses mengamankan podium terakhir.
Kemenangan Petrucci adalah kemenangan pertama pebalap Ducati di Le Mans. Ini juga menjadi kemenangan kedua bagi tim pabrikan Ducati setelah Dovi menang di Red Bull Ring, Austria.
Posisi kedua Alex Marquez juga menjadi hasil memuaskan bagi Repsol Honda dan Honda secara keseluruhan, karena ini adalah podium pertama mereka di musim 2020. Suatu pencapaian yang patut diapresiasi, karena tidak banyak yang menyangka Alex Marquez bisa tampil dengan tenang dan penuh perhitungan.
Sedangkan podium ketiga Pol adalah podium selanjutnya bagi KTM. Meskipun, Pol belum bisa memenangkan balapan, tetapi ia mampu tampil lebih konsisten dibandingkan pebalap lainnya. Kerja bagus, Pol dan KTM.
Melihat hasil ini, saya pun mengaku senang. Pertama, karena pemenang dan pengisi podiumnya berbeda, kecuali Pol. Kedua, karena ada tiga pabrikan berbeda yang ketiganya adalah pabrikan dengan karakter kencang di lintasan lurus.
Meski demikian, di sisi lain, balapan ini menjadi antiklimaks bagi dua pebalap yang sedang bertarung di jalur juara dunia. Quartararo dan Joan Mir.
Keduanya sangat kerepotan, bahkan sulit menaklukkan pembalap Repsol Honda lainnya, Stefan Bradl. Itu artinya, wet race adalah mimpi buruk bagi mereka.
Berdasarkan hasil itu pula, pertarungan di klasemen sementara kembali terbuka lebar bagi Dovizioso. Meski ia gagal naik podium, tapi finis di posisi ke-4 sangat bagus untuk mendekati poin Quartararo.
Aragon menjadi seri ke-10 (18/10) dan 11 (25/10). Menariknya, ada kabar jika Marc Marquez akan comeback di antara dua seri tersebut. Jika memang demikian, maka akan semakin menarik untuk dinantikan bagaimana persaingan menuju juara dunia MotoGP 2020.
Siapa yang Anda jagokan?
~
Malang, 11 Oktober 2020
Deddy Husein S.
Terkait:
Motogp.com dan Kompas.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H