Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Honda Bandel seperti Anak-anak

6 Oktober 2020   05:17 Diperbarui: 6 Oktober 2020   17:58 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Torehan Honda bersama dua pembalap pendulang poin terbanyak. Mari fokus dengan gap waktunya, bukan posisi finisnya. Gambar: Dokpri/DeddyHS sumber Google/Motogp

Jika ada yang pernah dinasihati oleh orang tuanya dengan kalimat, "Ya sudah, lihat saja nanti". Berarti Anda pernah bandel.

Saya pernah, bahkan bisa dikatakan cukup sering mendengar ucapan seperti itu. Ada juga yang cukup spesifik, seperti "dikasih tahu kok tidak percaya".

Lalu, mengapa saya mengibaratkan ini kepada Honda, khususnya Repsol Honda?

Karena, salah satu tim pabrikan di MotoGP ini terlihat seperti itu. Mereka sudah bolak-balik dikomentari bahwa motornya tidak ramah kepada semua pebalap, tetapi mereka justru cenderung menganggap yang salah bukan motornya, tetapi pebalapnya.

Menariknya, hanya satu pebalap yang dianggap tidak salah, yaitu Marc Marquez. Hal ini tak lepas dari kenyataan bahwa ialah pemberi gelar sejak musim 2013 sampai 2019. Hanya tercuri 1 kali saja pada 2015 oleh Jorge Lorenzo.

Semakin menarik, ketika Jorge Lorenzo sempat digaet oleh Repsol Honda. Publik pun berpikir bahwa akan terjadi duet menakutkan pada Honda yang membuat pabrikan lain semakin keteteran.

Namun, ternyata aksi tak selentur ekspektasi. Jorge Lorenzo malah jeblok dan akhirnya memutuskan untuk pensiun dini. Padahal, di musim sebelumnya ia sempat terlihat bangkit dengan 3 kemenangan yang dicetak secara beruntun bersama Ducati.

Baca juga: Musim Berat Lagi, Jorge

Sebelum Lorenzo bergabung, ada yang menyangka bahwa dominannya Marquez bersama Repsol Honda dan terlihat hanya dia yang paling cepat dikarenakan hilangnya motivasi Dani Pedrosa dalam membalap. Ditambah, ia sering jatuh dan cedera.

Begitu pun dengan Cal Crutchlow yang terlihat masih bisa mengikuti laju motor yang dipacu Marquez. Bahkan, terkadang kita bisa heran, mengapa justru Crutchlow yang sering menemani Marquez fight di depan, bukan Pedrosa.

Namun, apa yang dicapai Crutchlow perlahan nan pasti mulai memudar. Ia juga cenderung sering jatuh, entah di sesi latihan bebas, kualifikasi, atau saat balapan.

Akumulasi ini membuatnya terlihat mulai melambat. Antara karena ia masih belum bugar, ada trauma, atau karena motornya yang semakin sulit dikendalikan.

Sejak hal ini menimpa Crutchlow, ditambah dengan kegagalan adaptasi Lorenzo dengan Repsol Honda, tidak sedikit orang mulai beranggapan bahwa motor Honda hanya untuk Marc Marquez.

Bahkan, meski kemudian ada nama Marquez lainnya, yaitu Alex Marquez, Honda tetap terlihat hanya cocok dengan Marc. Buktinya sudah jelas, Marc bisa melakukan epic come back kala menjalani balapan pertama di MotoGP Jerez 2020.

Seandainya ia tidak kecelakaan, bisa saja Marc keluar sebagai pemenang di balapan tersebut. Hal ini tak lepas dari betapa terlihat mudahnya ia menyalip semua pebalap yang sempat di depannya.

Namun, sayangnya dia terjatuh. Banyak orang, khususnya tim Repsol dan pendukung Marc Marquez memegang kepala.

Tetapi, sebenarnya permasalahan Repsol Honda bukan hanya itu. Mereka juga harus melihat siapa pebalap terbaik Honda yang berhasil finis ketika Marc DNF, yaitu Takaaki Nakagami.

Secara urutan kita bisa melihat posisi 10 yang diraih pebalap asal Jepang itu adalah posisi yang cukup baik. Selain menghasilkan poin juga masih bisa dianggap bagus untuk balapan pertama.

Hanya, kita juga perlu melihat berapa jarak waktu antara catatan Nakagami dengan si pemenang balapan, yaitu Fabio Quartararo yang menunggangi motor Yamaha. Ternyata, jaraknya adalah +21.553 detik!

Para pembalap Honda kesulitan meraih hasil bagus padahal kecepatan motornya lebih baik dari Yamaha, khususnya Quartararo. Gambar: via Iwanbanaran.com
Para pembalap Honda kesulitan meraih hasil bagus padahal kecepatan motornya lebih baik dari Yamaha, khususnya Quartararo. Gambar: via Iwanbanaran.com
Bisa saja ada yang bilang, ini faktor spesifikasi motor yang digunakan antara dua pebalap tersebut. Kebetulan, motor Quartararo spesifikasinya sama seperti motor pabrikan Yamaha. Sedangkan Nakagami masih menggunakan spesifikasi motor 2019.

Tetapi, bagaimana dengan motor Honda 2020 yang "diselamatkan" oleh Alex Marquez? Jaraknya malah lebih lebar, yaitu +27.350 detik (baca: 27 detik koma sekian).

Jika ada yang mengatakan bahwa ini karena yang menunggangi Alex dan sedang berada di masa adaptasi, bisa diterima. Tetapi, apa yang terjadi pada spesifikasi motor Honda, khususnya yang terbaru nyatanya tidak menampakkan prospek yang bagus di seri-seri selanjutnya.

Torehan Honda bersama dua pembalap pendulang poin terbanyak. Mari fokus dengan gap waktunya, bukan posisi finisnya. Gambar: Dokpri/DeddyHS sumber Google/Motogp
Torehan Honda bersama dua pembalap pendulang poin terbanyak. Mari fokus dengan gap waktunya, bukan posisi finisnya. Gambar: Dokpri/DeddyHS sumber Google/Motogp
Akhirnya, motor yang bisa diandalkan Honda adalah motor 2019 yang ditunggangi Nakagami. Itu pun diakui Nakagami bisa sedemikian rupa, karena ia mempelajari data dan gaya balap Marc saat masih menggunakan motor spesifikasi tersebut.

Apa yang dinyatakan Nakagami sebenarnya secara langsung sudah menguak permasalahan Honda. Mereka membuat motor yang menyesuaikan cara balap Marc, dan kebetulan Marc tipikal pebalap yang selalu berupaya mendorong motornya mencapai batas maksimal.

Inilah yang tidak semuanya dapat ditiru oleh pebalap lain. Semua pebalap pasti memiliki gaya balapnya sendiri.

Terbukti, sosok seperti Quartararo yang dianggap menyerupai gaya balap Jorge Lorenzo saat membawa Yamaha berjaya, ternyata juga dianggap menyerupai Valentino Rossi dalam urusan non teknis. Artinya, Quartararo meski terlihat mirip pebalap lain, ia juga memiliki ciri tersendiri yang membuatnya tak 100% sama dengan pebalap lain.

Begitu pula dengan problematika yang sedang menimpa Ducati musim ini. Mereka sedang bingung dengan performa anjlok Dovi, apalagi Petrucci, namun di sisi lain terpukau dengan aksi Pecco.

Atau, jika ditarik mundur ke musim 2019, Ducati sebenarnya menunjukkan perbedaan signifikan antara Andrea Dovizioso dengan Danilo Petrucci. Dovi masih mampu bersaing dengan Marc Marquez, tapi Petrucci hanya menjadi "pengawal".

Baca juga: Lagu Lama Ducati

Nahasnya, ketika Dovi jeblok di musim 2020 ini, Petrucci juga tidak bagus. Artinya, pendekatan pada motor sebaiknya tidak digantungkan pada satu pebalap.

Ibarat dua anak laki-laki bersaudara, lalu si kakak suka baju warna merah, sedangkan si adik suka warna putih. Tetapi, oleh orang tuanya si adik itu dipaksa memakai baju warna merah karena biar hemat.

Ujung-ujungnya, si adik merasa selalu tidak nyaman, karena harus mengikuti apa yang disukai kakaknya. Inilah yang seharusnya dihindari Repsol Honda.

Sebaiknya, mereka sadar bahwa Marc Marquez ini berbeda. Ia adalah pebalap yang bahkan sudah dijuluki "Baby Alien", maka seharusnya Crutchlow, Alex, dan Nakagami tak dipaksa menjadi 'kloningan bayi alien'.

Biarkan mereka menggunakan motor yang pengembangannya berbeda. Berdayakan pebalap penguji untuk menghasilkan motor yang "umum" dan biarkan Marc Marquez menciptakan motornya sendiri.

Jika sudah demikian, maka pernyataan Marc bahwa motor Honda tidak hanya untuknya baru dapat divalidasi. Langkah ini juga untuk membuat mereka tidak berkubang dalam lumpur penyesalan yang walaupun tetap ditutupi dengan rapat.

Sebenarnya, apa yang terjadi pada Repsol Honda saat ini seperti saat mereka pernah bekerja sama dengan Valentino Rossi. Mereka menganggap motornya yang lebih hebat bukan pebalapnya.

Akhirnya, arogansi mereka terbungkam setelah melihat Rossi juga cepat saat menunggangi Yamaha. Hal ini cukup mirip dengan kasus sekarang, bedanya mereka "bernaung" pada Marc Marquez.

Sedangkan, cara menghadapi permasalahannya seperti arogansi mereka di masa lalu dengan mendorong pebalapnya yang harus menyesuaikan motornya--yang cocok dengan Marc, bukan pebalap yang dapat memperoleh motor yang bisa ia kendarai.

Bahkan, hal ini akhirnya diakui Crutchlow ketika ia mulai kesulitan seperti yang dialami Lorenzo di musim 2019. Tetapi, nasi sudah basi. Honda sebaiknya harus belajar dari musim ini dengan segera.

Jelas, kedatangan Pol Espargaro seharusnya bukan untuk merasakan motor yang sama dengan punya Marc Marquez. Pol harus diberi motor yang sedikit berbeda dan menyesuaikan gaya balapnya.

Marc dan Pol pernah berduet di tahun 2004. Gambar: Marcmarquez93.com
Marc dan Pol pernah berduet di tahun 2004. Gambar: Marcmarquez93.com
Walau secara sekilas Pol agresif seperti Marc, pasti Pol memiliki kebutuhan yang berbeda terhadap tunggangannya. Ditambah dengan kesembronoan Pol yang terkadang membuatnya bisa gampang terjatuh. Tentu Repsol tidak boleh memiliki pebalap yang dapat membuang-buang poin (lagi).

Selain itu, saya juga memiliki keheranan terhadap langkah LCR Honda yang tidak segera memperpanjang kontrak Nakagami. Bahkan, jika regulasi pebalap dalam satu tim bisa diisi 3 pebalap, maka saya berpikir bahwa Nakagami seharusnya ada di sana.

Nakagami sudah bisa diandalkan Honda saat ini. Gambar: Twitter/Takanakagami30
Nakagami sudah bisa diandalkan Honda saat ini. Gambar: Twitter/Takanakagami30
Begitu pun ketika Alex Marquez yang dengan cepat dimasukkan ke LCR Honda, maka Checcinello sebagai bos LCR seharusnya dapat langsung menyantumkan pula nama Nakagami di sana. Bukankah saat ini timnya bergantung pada Nakagami?

Bagaimana dengan Crutchlow?

HRC bisa merekrutnya sebagai pebalap penguji, karena ia sebenarnya lebih baik daripada Stefan Bradl.

Terlepas dari apakah dengan menilik performa Nakagami musim ini, si pebalap meminta kenaikan nilai kontrak, maka seharusnya LCR atau bahkan HRC tetap memprioritaskan nama Nakagami. Karena, sampai seri Catalunya (27/9), ialah penyelamat muka keluarga besar Honda.

Bagaimana Honda? Masih ingin bandel terus?

~

Malang, 5 Oktober 2020

Deddy Husein S.

Terkait:

Detik.com, Okezone.com, Gridoto.com, Kompas.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun