Hal ini sebenarnya juga dilakukan oleh Franco Morbidelli. Ia sempat memimpin di depan sekitar setengah detik dari pembalap di belakangnya. Hanya, ia terlihat gagal menambah jarak khususnya ketika posisi kedua ditempati oleh Quartararo.
Seandainya, yang berada di belakang Morbidelli adalah Rossi, peluangnya untuk dapat memperlebar jarak lebih besar. Hal ini dibuktikan dari kecepatan Rossi yang cenderung kurang stabil.
Di satu putaran ia bisa sangat cepat hingga nyaris mendekati pembalap di depannya, tetapi di putaran lainnya ia terlihat lambat. Pemandangan ini tanpa disadari sebelumnya ternyata menjadi alarm, bahwa akan ada hal buruk bagi Rossi jika dirinya gagal membuat ritme yang stabil.
Jawabannya pun akhirnya terkuak saat balapan tersisa 9 putaran lagi. Ketika Rossi terlihat sedang berupaya menyamai kecepatan Quartararo, ia justru terjatuh.
Namun, kelebihan Quartararo ini bukan karena ia lebih cepat dari yang lain, melainkan karena pembalap di belakangnya belum mencapai kecepatan maksimalnya. Hal ini dibuktikan dari kian kendurnya motor Morbidelli yang membuat pembalap di belakangnya mulai mendekat.
Siapa lagi jika bukan Joan Mir. Seolah seperti jagoan yang selalu muncul di akhir cerita, Joan Mir kembali melakukan apa yang ia lakukan di dua seri San Marino. Pelan namun pasti, ia dapat merangsek ke posisi terdepan.
Setelah menimang-nimang waktu, akhirnya Mir berhasil menyalip Morbidelli. Nahas bagi Morbidelli karena bukan hanya Mir yang menyalipnya, tapi juga pembalap Suzuki lain, Alex Rins.
Meski demikian, keberuntungan ini juga tak lepas dari usaha Quartararo untuk segera tancap gas di awal-awal balapan. Ia bahkan sempat disandingkan dengan catatan waktu putaran yang pernah ditorehkan Jorge Lorenzo di Catalunya.