Sebenarnya, ide menulis tentang isu transfer Messi ke Inter sudah muncul sejak H-1 final Liga Europa (Sevilla vs Inter Milan) kemarin (21/8). Bahkan, tanpa mempedulikan apa hasilnya, tetap saja ada dilematis tentang isu kemungkinan transfer ini terealisasikan.
Memang, sulit rasanya bagi pendukung klub bola mana pun yang menolak untuk melihat Messi bermain di klub dukungannya. Namun, tidak bisa dipungkiri juga jika ada yang merasa klub dukungannya (sepertinya) tidak butuh Messi.
Salah satu klub itu menurut saya adalah Inter Milan. Mengapa?
Pertama, Inter Milan dalam waktu sekitar 1 dekade terakhir--sejak 2009--sudah berupaya bermain bagus tanpa pemain yang super menonjol. Hal ini dapat diperlihatkan dengan keberhasilan Inter menjuarai Liga Champions* dan treble winners bersama Jose Mourinho (2009/10).
Saat itu, Inter tak lagi bermain dengan mengandalkan pemain yang menonjol, seperti Zlatan Ibrahimovic. Kepergian Ibra memang bisa disebut bencana, karena klub asal kota Milan itu telah banyak diberikan sumbangan gol-gol oleh penyerang asal Swedia itu.
Biasanya ketika Inter bermain tanpa Zlatan--sebelum pindah, mereka seperti tidak bergitu produktif. Itulah yang membuat ada dugaan jika Inter akan kelimpungan ketika harus kehilangan Ibra yang memilih hengkang ke Barcelona.
Namun, faktanya berbeda. Inter justru tampil trengginas dan malah mampu menjungkirbalikkan prediksi banyak orang. Betul, Inter malah menjuarai Liga Champions dengan mengalahkan Bayern Munchen yang saat itu juga seperti di final kemarin (23/8), sangat dijagokan banyak orang.
Berdasarkan fakta itu, saya menganggap ketiadaan pemain yang menonjol seperti Ibra justru memberikan keuntungan bagi Inter. Inter jauh lebih kolektif, dan mereka mampu memanfaatkan keberadaan duet maut Diego Milito dan Samuel Eto'o*.
Pemandangan itu yang kemudian seolah terduplikasi di musim 2019/20. Butuh satu dekade kemudian untuk kita bisa melihat adanya duet maut pada Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez.
Memang, I Nerazzurri gagal meraih satu pun trofi di musim tersebut. Namun, secara penampilan, mereka telah menanjak. Skuad asuhan Antonio Conte itu menjadi lebih kolektif dan tidak kehilangan produktivitasnya.
Baca juga: Kunci Sukses Sevilla Kalahkan Inter Milan
Kedua, Inter harus belajar dari keberadaan Mauro Icardi. Para pendukung Inter Milan bisa diprediksi masih menaruh respek terhadap kualitas Icardi di lapangan. Namun, ada satu hal yang membuat Icardi patut dicoret dari Inter, yaitu intrik si pemain di luar lapangan.