Ketika keadaan menjadi tidak menguntungkan bagi Inter dan ditambah dengan gol yang berasal dari kesalahan antisipasi, permainan Inter mulai acak. Conte sebenarnya cukup tepat untuk memasukkan Eriksen, Sanchez, dan Moses.
Tetapi momentumnya sudah bisa dikatakan hilang. Bahkan, meski muncul nama Antonio Candreva dan pemain tersebut sempat membuat peluang. Tetapi, Inter sudah berada di ujung tebing. Kenapa tidak dari tadi Inter mengintimidasi lawan?
Itulah yang kemudian menjadi pertanyaan yang tepat untuk Inter. Karena, mereka cenderung terbawa suasana yang sentimentil hingga terlihat melupakan taktik yang jitu untuk mengalahkan Sevilla.
Inter cenderung arogan, karena menganggap Sevilla akan sama seperti Shakhtar Donetsk yang bisa dikalahkan dengan telak meski sebelumnya si lawan terlihat menakutkan. Itulah mengapa strategi selow Inter tetap diperlihatkan.
Padahal, jika mereka terus konsisten menyerang dengan tajam, kesalahan-kesalahan di lini pertahanan Sevilla pasti terlihat. Karena Diego Carlos tidak sepenuhnya tenang dalam mengambil keputusan.
Ia hanya memiliki modal mobilitas yang cukup bagus sebagai bek tengah. Tetapi jika melihat rekam jejaknya selama tiga laga terakhir, ia adalah sosok pesakitan yang beruntung ditutup oleh penampilan yang cemerlang dari Yassine Bounou.
Inilah yang sepertinya tak dilihat oleh Inter, karena Inter seperti tutup mata dengan strategi Sevilla. Mereka tidak merespon taktik cerdik Sevilla dengan pola permainan intimidatif nan efektif.
Pekerjaan rumah Inter sebenarnya memang itu, bermain efektif. Ketika mereka memiliki peluang, mereka tidak sepenuhnya bisa menyelesaikannya dengan baik.
Kita harus melihat bagaimana Conte memperbaiki taktiknya bersama Inter, bukan dengan klub lain, yang otomatis pemainnya akan berbeda. Jadi, kita berharap Inter dan Conte tak pisah jalan pasca final ini.
Lalu, bagaimana dengan Sevilla?