Itu artinya, Lyon bisa saja menemukan hal serupa di laga melawan Bayern. Meski ada besar kemungkinan Bayern tak melakukannya, karena mereka harus belajar dari kegagalan Manchester City dan PSG yang juga sempat kesulitan saat bertemu Atalanta.
Baca juga: Manchester City Disingkirkan Lyon
Jika alasan kedua tak terjadi, maka Lyon harus menggunakan alasan ketiga, yaitu bermain sampai darah penghabisan. Penyebabnya adalah musim depan mereka akan absen di Liga Champions. Tentu, ini cukup mengejutkan ketika melihat Lyon mampu mendepak Juventus dan Manchester City, namun di kancah domestik mereka keteteran.
Padahal jatah Eropa untuk Ligue 1 hanya 4. Kuota ini lebih sedikit dari kompetisi top yang mendapatkan jatah 6 klub untuk berlaga di Eropa--bisa sampai 7 klub dengan syarat tertentu. Ini artinya, Memphis Depay dkk. harus tampil all out untuk bisa menyaingi kualitas Bayern Munchen.
Bagi penggemar Lyon, bisa saja ada yang menyumpah-serapah atas berhentinya kompetisi Ligue 1 2019/20 dan membiarkan Lyon tak beranjak dari kursi ke-7 itu. Tetapi, apakah Lyon akan mampu finis lebih baik?
Jawabannya belum tentu. Jika menghitung sisa pertandingan yang belum dilalui, maka, Lyon paling maksimal mencapai 70 poin. Apakah itu cukup untuk melampaui 4 klub di atasnya?
Jawabannya juga belum tentu, karena jika melihat jumlah kekalahan Lyon, mereka lebih banyak dari 2-4 klub teratas. Ditambah dengan tren di 5 pertandingan terakhir yang juga tak istimewa.
Satu-satunya keunggulan bagi Lyon untuk masih diperhitungkan untuk finis lebih baik adalah statistik mencetak gol dan kebobolan. Meski tidak istimewa, tetapi statistik mereka lebih baik dari klub-klub yang bercokol di atasnya.
Atas dasar inilah, Lyon diprediksi bisa menancapkan targetnya untuk bisa membalikkan prediksi publik, bahwa mereka juga harus diperhitungkan untuk lolos ke final musim ini. Jika mereka bisa mengalahkan Bayern, tidak hanya membuat publik dunia terhenyak, tetapi juga membuat publik Prancis bersorak.
Akan ada klub Prancis dan pelatih Prancis yang akhirnya dapat menjejakkan kaki kembali di partai final. Langkah Rudi Garcia akan melanjutkan kiprah Zinedine Zidane sebagai pelatih Prancis yang akrab dengan final Liga Champions meski bersama klub asal Spanyol, Real Madrid. Akankah hal ini terjadi?