Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berpikir Sudah Merdeka Juga Perlu

17 Agustus 2020   20:41 Diperbarui: 17 Agustus 2020   22:23 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya di masa sekarang bisa menulis dengan (lebih) tenang. Gambar: Pexels/Startup Stock Photos
Saya di masa sekarang bisa menulis dengan (lebih) tenang. Gambar: Pexels/Startup Stock Photos
Terkadang bisa di atas dengan cepat, terkadang juga bisa di bawah dengan sekali kedip. Inilah yang membuat saya tidak yakin untuk belajar menulis (kreatif) saat itu, meski saya tahu bahwa melihat darah dan orang mati adalah pemandangan yang sangat horor.

Tetapi mau bagaimana? Apa yang bisa saya lakukan selain mengangkat bambu runcing, golok yang mulai berkarat, bahkan sebilah keris yang harus dihunuskan dalam jarak dekat. Bagaimana jika saya di-dor dan peluru itu menembus jantung saya?

Sekuatnya tekad saya untuk mempertahankan tanah berumput liar yang saya pijak, saya masih lebih ingin hidup lebih lama. Karena, bagaimana jika saya belum punya kesempatan untuk melihat anak saya lahir? Bagaimana juga jika istri saya tidak bisa move on dari saya?

Ah, saya belum tahu istilah move on saat itu. Karena, itu adalah "penyakitnya" kaum masa kini yang terjerat bucin (budak cinta). Coba bayangkan, saya sekarang bisa memikirkan tentang cinta juga saat ini, sedangkan di masa lalu saya hanya bisa menerima penjodohan yang terkadang belum tentu si dia sepakati.

Atau, saya malah menemukan cinta saat saya sudah berlumuran darah dan tinggal beberapa detik lagi nafas saya lenyap. Saya tentu merasa sedikit sia-sia hidup saat itu ketika saya baru menemukan ada perempuan manis yang cekatan menolong para pembela tanah kelahirannya.

Tentu rasanya menyedihkan ketika mata saya beradu pandang dengannya, dan rasa cinta ini tak didukung dengan sembilan nyawa seperti kucing. Duh, saya ingin bangun tidur di tahun 2020!

Sekarang saya bisa bebas mikirin cinta. Gambar: Pexels/Jasmine Carter
Sekarang saya bisa bebas mikirin cinta. Gambar: Pexels/Jasmine Carter
Begitulah yang saya pikirkan tentang bagaimana menilai kemerdekaan pada negara ini. Meski saya bukan orang yang hidup dalam berkecukupan secara konstan, atau selalu mendapatkan urutan pertama dan selalu masuk kuota orang layak disumbang, saya tetap merasa kondisi sekarang lebih baik dari sebelumnya.

Setidaknya saya masih bisa merasakan berbagai macam kopi dengan segala kreasi dan inovasinya. Begitu juga jika saya ingin menyeduh teh, tak perlu lagi repot untuk menyaring dedaunan kering teh itu.

Baca juga: Bediding Membuat Tehku Cepat Dingin

Saya juga sekarang bisa menganggap mie instan adalah makanan kaum biasa, sedangkan di masa lalu saya mengira para borjuis asing itu memakan usus manusia. Betapa memalukannya saya ini, sampai tidak tahu jika itu adalah makanan mengandung karbohidrat sederhana pengganti nasi.

Itulah yang membuat saya ketika ditanya apakah negara ini sudah merdeka, saya tetap menjawabnya dengan kata, "iya". Bahkan, meski saya terkadang tidur tak nyenyak karena menunggu bayaran ke-13 yang tidak mungkin saya terima, karena saya hanya seorang freelance alias pengangguran yang berkedok punya kualitas tak kalah bagus dengan mereka yang berseragam warna padu atas-bawah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun