Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berpikir Sudah Merdeka Juga Perlu

17 Agustus 2020   20:41 Diperbarui: 17 Agustus 2020   22:23 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekarang saya bisa bebas mikirin cinta. Gambar: Pexels/Jasmine Carter

Setiap tanggal 17 Agustus, Indonesia selalu memperingati hari bersejarahnya, yaitu hari kemerdekaan. Hari kemerdekaan adalah momen sakral dan paling penting dalam kedaulatan negara, karena itu adalah bagian dari rintisan kedaulatan bagi manusia.

Namun, benarkah semua orang telah merasa merdeka ketika negaranya merayakan kemerdekaan?

Saya tentu tidak bisa menjawab berdasarkan pemikiran dan apa yang dialami oleh orang lain. Itulah mengapa saya akhirnya mencoba menjawab dengan apa yang saya pikirkan dan saya alami.

Menurut saya, merdeka itu adalah ketika saya bangun tidur dan saya dapat berpikir tentang "apa yang akan saya lakukan hari ini". Menurut saya pemikiran ini akan berbeda jika saya hidup di zaman penjajahan.

Seandainya saya hidup di zaman penjajahan, saya pasti akan berpikir tentang apa yang akan saya lakukan agar saya tidak terkena "razia" penjajah dan keluarga saya selamat. Atau, saya akan berpikir, bagaimana agar tanah yang saya pijak dan saya taruh bangunan rumah berbilik bambu ini tidak terinjak tank atau terberondong meriam.

Artinya, pemikiran saya di zaman dahulu akan lebih besar terkait nasib yang besar. Hanya, kendalanya saya akan kesulitan untuk mencari jawaban atau solusinya, karena pengetahuan saya terbatas. Ditambah, apa yang saya tahu adalah dari mulut ke mulut yang terkadang beda orang beda kata.

Saya tentu tak mampu mencerna dengan mudah informasi itu, yang artinya saya juga tidak tahu bagaimana cara agar dapat menghadapi permasalahan yang besar itu. Padahal permasalahan besar seharusnya diimbangi oleh tingkat kemampuan orang yang menghadapinya.

Tetapi, saya di versi dulu tidak. Saya sangat kesulitan, bahkan meski saya sudah berupaya menghadapinya secara bergerombolan dengan tetangga, saudara, dan orang-orang senasib. Tetap saja sulit!

Itulah yang membuat saya di versi sekarang merasa bersyukur, karena saat ini saya bisa berpikir lebih simpel tentang apa yang akan saya lakukan ketika memulai hari. Saya bisa memikirkan apa menu sarapan, jam berapa akan merebus air untuk segelas teh, dan membaca berita bola.

Pemikiran saya juga bisa menjadi lebih abstrak dan mengambang, karena saat ini saya bisa mengeksplorasi lebih banyak informasi. Saya tentu bisa memanfaatkan informasi tersebut untuk melakukan sesuatu, salah satunya adalah menulis.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana cara untuk menulis di masa lalu, ketika saya dilahirkan oleh orang tua yang gemar menjelajahi setiap tempat. Menurut pengalaman saya melihat orang tua yang sering merantau akan cenderung fluktuatif standar kehidupannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun