Namun, karena Sevilla sudah belajar dari penampilan di babak pertama, akhirnya gawang Sevilla urung jebol untuk kedua kalinya. Kredit pun tak hanya diberikan ke barisan pertahanan Sevilla yang jatuh-bangun menahan gempuran lawan, tetapi juga ke Bounou.
Man. United pun harus gigit jari karena gagal mencari keunggulan, sedangkan Sevilla mulai menemukan gaya bermainnya lagi. Mereka terus berupaya membuat tempo yang berbeda meski tidak begitu lambat.
Melalui pertahanan yang kembali solid, Sevilla mulai siap untuk mencari keunggulan atas Man. United. Karena laga ini hanya berlaku sekali tanpa ada second leg, jadi harus menang.
Keinginan itulah dijawab dengan faktor ketiga yang membuat Sevilla bisa menang, yaitu pergantian pemain. Julen Lopetegui sangat berani mengganti Lucas Ocampos dengan Luuk De Jong.
Seorang penyerang mobile diganti penyerang ujung tombak (target man). Apa yang dilakukan Lopetegui secara taktik ada benarnya, karena melihat para pemainnya mulai mengandalkan operan lambung, sedangkan di depan minim pemain jangkung.
Ocampos memang bisa berduel udara. Namun dengan postur lebih tinggi yang dimiliki De Jong, ia dianggap lebih ideal untuk bertarung dengan duo bek tengah Man. United, Maguire-Lindelof. Terbukti De Jong beberapa kali dapat mengganggu ketenangan duet bek tersebut.
Para pemain Sevilla pun mulai paham dengan arah permainan yang diinginkan Lopetegui. Mereka mulai gencar mencari peluang dengan operan silang ke kotak penalti. Hingga, satu kesempatan emas dimiliki sang kapten, Jesus Navas.
Mantan pemain Manchester City itu berhasil menemukan celah untuk mengirim bola ke kotak penalti. Dan, gol! Bola berhasil disambut De Jong dengan kakinya untuk menaklukkan De Gea. Skor berubah menjadi 2-1 untuk keunggulan Sevilla.
Melihat pergantian itu dan akhirnya skor tetap bertahan sampai menit 96, Sevilla menunjukkan bahwa pergantian pemain perlu dilakukan untuk merubah permainan dan hasil. Apa yang dilakukan Lopetegui memang bukannya tanpa risiko, tetapi ia harus melakukannya sebagai pelatih.