Secara matematis, Vinales memang dapat diunggulkan, karena pembalap pabrikan Yamaha itu hanya berjarak 10 poin dari Fabio Quartararo. Namun dengan merujuk pada rekapitulasi hasil akhir MotoGP sejak 2017, Dovizioso lebih dijagokan untuk merengkuh gelar juara dunia pertamanya.
Raihan ini jelas akan sangat berarti bagi Dovizioso, karena dapat membuatnya menjadi lebih bernilai untuk Ducati. Jika Dovi mampu juara dunia MotoGP, maka besar peluangnya untuk tetap menunggangi Desmosedici. Ia pun akan memilih lanjut balapan di musim 2021 nanti.
Namun jika Dovi gagal, maka Vinales-lah yang berpeluang menjadi pemecah kebuntuan Yamaha untuk juara dunia pasca ditinggal Jorge Lorenzo. Vinales memang diharapkan menjadi juara dunia bersama Yamaha, karena potensinya sudah sangat bagus sejak masih berada di Suzuki.
Hanya, dirinya masih belum bisa menyaingi "kegilaan" Marc Marquez dalam beradu cepat. Inilah yang membuat Yamaha harus pandai mengatur strategi saat pembalap rival masih belum fit.
Bahkan, apabila Vinales gagal, Yamaha harus segera mendorong Quartararo untuk menjadi kontestan juara dunia 2020. Jika Honda bisa melakukannya dengan Marc Marquez saat 2013 lalu, maka Yamaha juga seharusnya bisa menaruh kepercayaan kepada pembalap mudanya.
Cederanya Marc Marquez berada di bagian yang vital bagi pembalap, yaitu lengan kanan. Lengan kanan adalah bagian yang biasanya menjadi tumpuan untuk berakselerasi, baik dalam hal membuka gas maupun mengurangi kecepatan dengan rem ban depan.
Hal ini akan mirip dengan keadaan pembalap Moto2, Mattia Pasini. Pasini yang memiliki riwayat cedera di tangan kanannya kemudian membuat perubahan pada bentuk motornya. Yaitu dengan memindahkan tuas rem depan ke setang kiri.
Begitu pun dalam hal menikung. Cedera yang sedemikian parahnya di bagian lengan kanan bisa membuat cara melibas tikungan sisi kanan akan berbeda dari sebelumnya. Marc yang identik dengan elbow down ketika berada di tikungan, harus mencoba gaya konvensional, yaitu bertumpu pada lutut, alih-alih siku.