Seandainya balapan masih tersisa satu atau dua putaran lagi, mungkin ceritanya akan berbeda, karena Nakagami sudah mulai mengejar posisi Rossi. Hanya, jika berpatokan pada situasi ketika Rossi berduel dengan Vinales, maka Nakagami akan mendapati persaingan alot dari sang senior.
Benar, pengalaman Rossi di balapan kali ini seolah memberikan jawaban terkait bagaimana cara mengelola kekuatan di kondisi balapan yang sangat melelahkan itu. Di sini ada satu sosok yang mendapatkan keuntungan dari keberadaan Rossi, yaitu Vinales.
Terbukti, hasilnya pun bagus, karena dia dapat finis kedua. Sedangkan Rossi yang sebenarnya selalu berada di depannya dan sulit disalip pembalap lain lebih mengutamakan pengelolaan ban yang sebenarnya menjadi permasalahan banyak pembalap.
Faktor cuaca dan setelan ban atau pun motor, membuat banyak pembalap berjatuhan. Hanya tersisa 13 pembalap yang dapat finis di seri ini. Bahkan, salah satunya sempat masuk ke pit, yaitu Crutchlow.
Dengan hasil ini, Quartararo kokoh di puncak klasemen sementara dengan raihan 50 poin berkat back to back juara seri. Sedangkan Vinales kembali meraih 20 poin dan membuatnya berjarak 10 poin dari pembalap Prancis itu.
Hasil podium juga membuat Rossi bahagia. Karena, dengan usianya yang sudah tak lagi muda, dirinya justru mampu finis di podium dengan kondisi balapan yang sangat berbeda dari biasanya.
Kita pun akan diajak untuk menantikan kiprahnya di seri Brno pada 9 Agustus nanti. Diharapkan di seri ini Marc Marquez sudah fit dan dapat bersaing di barisan terdepan.
Duel antara Quartararo dengan Marc pun akan dinantikan, karena bisa saja itu akan menjadi duel yang cukup menentukan persaingan juara dunia di musim ini. Meski Marc harus tanpa poin di dua seri pertama ini, dirinya masih dianggap berpeluang untuk juara dunia seperti yang disebutkan oleh Rossi.
Hanya, yang menjadi permasalahan adalah tentang keadaan global. Apakah semua negara yang disiapkan untuk menggelar balapan di musim darurat ini akan mampu menjamin keamanan dari ancaman covid-19 atau tidak.