Mendengar nama Marcelo Bielsa, awalnya seperti dongeng. Dirinya seringkali disebut-sebut sebagai pelatih yang inspiratif, namun justru tidak memiliki track record sebagai pelatih tim besar, alias "tidak kelihatan".
Satu-satunya perhatian besar ketika dirinya melatih tim besar adalah ketika mantan pesepakbola berposisi bek itu melatih timnas Argentina. Sekitar 16 tahun lalu. Otomatis, masih banyak penggemar bola muda masa kini yang masih menjadi "piyik" (anak ayam).
Rasa kagum kepadanya yang terlihat di era modern adalah ketika Bielsa berhasil membawa Athletic Bilbao menjejak final Liga Eropa (2012). Meski, akhirnya harus mengakui keunggulan sesama klub Spanyol, Atletico Madrid.
Di situ jejaknya sebagai pelatih yang berkarakter dapat terlihat oleh penggemar sepak bola masa kini. Namun, ternyata keberhasilannya membawa Bilbao ke final itu tak membuatnya dilirik klub besar.
Memang, ada nama seperti Marseille, Lazio, dan Lille. Namun, ketiga nama itu masih kesulitan untuk mendongkel kemapanan tim besar seperti PSG, Lyon, dan tentunya Juventus.
Idealnya dia dapat melatih klub seperti AS Monaco yang didukung banyak uang, atau Inter Milan yang sedang berupaya bangkit dari keterpurukan moneter dan manajerial kala itu. Namun, bukan Bielsa jika dirinya tak mampu untuk tetap eksis sebagai pelatih walaupun belum mencapai titik tertinggi.
Akhirnya pelabuhan kariernya sampai di Inggris. Pria asal Argentina ini menjadi manajer Leeds United, salah satu nama klub yang juga seperti dongeng.
Leeds pernah menjadi perbincangan hangat. Bahkan, generasi penggemar bola yang saat itu masih kecil bisa saja mengingat nama Leeds United meski harus mulai melupakannya setelah era dominasi Manchester United nyaris menutupi jejak Leeds United.
Menariknya, dua nama yang kemudian dikenal di Manchester United adalah mantan punggawa Leeds, yaitu Alan Smith dan Rio Ferdinand. Nama terakhir bahkan dianggap sebagai salah satu ikon The Red Devils, alih-alih menjadi ikon kota Yorkshire.
Bertemunya dua dongeng yang menjadi satu, Bielsa dan Leeds United kemudian menghasilkan parade pertandingan yang menarik untuk disimak. Perlu diingat, bahwa kompetisi EFL Championship atau liga kasta kedua di Liga Inggris itu pernah ditayangkan di TVRI.
Melalui siaran itulah, masyarakat bola Indonesia diajak bernostalgia dengan menonton beberapa pertandingan yang dipenuhi nama-nama lawas, seperti Bolton Wanderers, Ipswich Town FC, Wigan Athletics, Birmingham City, Nottingham Forest, duo Sheffield, dan tentunya Leeds United serta Blackburn Rovers.